JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Hanura ingin menapaki dinamika politik nasional menjelang pemilu presiden secara cermat. Pasalnya, Hanura ingin berhenti sebagai partai oposisi dan masuk dalam barisan pemerintahan. Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto menjelaskan, banyak masukan dari internal partainya yang menyuarakan keinginan berhenti sebagai oposisi.
Namun, Wiranto merasa tak berhak memutuskannya sendiri dan menyerahkan semuanya dalam forum Rapat Pimpinan Nasional yang digelar di Jakarta pada 6-7 Mei 2014.
"Ini usulan, maka kita akan coba banting setir, kita akan masuk dalam sistem pemerintahan, ambil bagian memajukan Indonesia," kata Wiranto saat membuka Rapimnas I Hanura, di Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Wiranto melanjutkan, Hanura harus secara cermat mengambil keputusan berkoalisi. Saat ini komunikasi untuk penjajakan koalisi telah dilakukan hampir dengan semua partai politik.
"Kita harus ambil keputusan yang elegan, antisipatif, sehingga bisa meramalkan siapa pemimpin selanjutnya," ucap Wiranto.
Rapimnas I Hanura ini digelar khusus untuk membahas langkah koalisi. Hal-hal yang bersifat evaluasi terhadap pelaksanaan pemilu legislatif akan dilakukan di waktu selanjutnya. Seluruh pimpinan dan perwakilan pengurus Hanura hadir berikut perwakilan dari organisasi sayap Hanura.
Berdasarkan hasil hitung cepat, suara Hanura di Pileg hanya sekitar 5 persen. Hasil itu tidak bisa untuk mengusung pasangan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo dalam Pilpres mendatang. Untuk itu, Hanura perlu berkoalisi jika ingin ikut dalam Pilpres mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.