JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah yang dilakukan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali merapat ke Partai Gerindra dinilai sebagai sebuah blunder. Apalagi, internal PPP sudah mempertanyakan manuver tersebut.
"Begitu SDA (Suryadharma) hadir dalam kampanye Gerindra di GBK, (Wakil Ketua Umum PPP) Suharso Monoarfa langsung menyatakan pernyataan yang berbeda. Kalau ini dilakukan oleh pimpinan partai, tanpa ada rembukan, akan jadi political blunder," ujar pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, di Kompleks Gedung Parlemen, Senin (24/3/2014).
Ikrar menyebutkan, PPP kini terlihat sangat berusaha meningkatkan perolehan suara partainya. Tak hanya mendekati Gerindra, PPP juga merapatkan diri ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Menurut Ikrar, sikap PPP yang bercabang ini tak hanya merugikan Suryadharma, tetapi juga PPP.
"Di satu sisi, SDA akan dikatakan sebagai seorang pemimpin yang individualis, tapi PPP juga dianggap tidak punya mekanisme dalam pengambilan keputusan yang sangat strategis pimpinan partai dalam koalisi," ujar Ikrar.
Secara terpisah, psikolog politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk, juga melihat PPP kini tengah berjuang agar lolos parliamentary treshold. "Sekarang politik atau garis partainya bagaimana how to survive. Misinya dapat suara di atas 3,5 persen. Selamat saja syukur, supaya enggak ditendang," kata Hamdi.
Suryadharma hadir dalam kampanye terbuka Partai Gerindra di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (23/3/2014) kemarin. Ia ditemani pengurus elite PPP, seperti Djan Faridz dan KH Nur. Tak hanya hadir, SDA juga sempat berorasi di hadapan puluhan ribu kader dan simpatisan Partai Gerindra.
Sikap SDA ini bertolak belakang dengan pernyataan Sekretaris Jenderal PPP M Romahurmuzy yang mengatakan PPP kemungkinan besar akan berkoalisi ke PDI-P dan sepakat mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai bakal capres. PPP bahkan sudah menyiapkan tiga nama untuk bersama Jokowi maju dalam pilpres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.