Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi "Nyapres", Pendapat Rakyat Terbelah

Kompas.com - 16/03/2014, 03:12 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak warga yang mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang Jokowi maju sebagai calon presiden (capres). Namun, tak sedikit yang tak setuju dengan pencapresan Jokowi pada Pemilu 2014.

Salah satunya adalah Lenny, warga Cakung, Jakarta Timur. Lenny mengaku kecewa begitu mendengar kabar bahwa Jokowi akhirnya bersedia menjadi capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Spontan, ia langsung mengecek pemberitaan di internet.

Lenny tak setuju bukan karena meragukan kemampuan Jokowi memimpin Indonesia. Lenny mengaku juga menginginkan Jokowi jadi orang nomor satu di Indonesia, tetapi bukan saat ini sehingga pegawai swasta itu meragukan komitmen politik Jokowi.

“Itu namanya enggak bertanggung jawab sebagai pemimpin. Kalau memang mau jadi capres harusnya selesaikan dulu masa jabatannya (sebagai gubernur),” kata Lenny saat ditemui Kompas.com di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Sabtu (15/3/2014).

Dari berbagai pemberitaan, Lenny mengetahui Jokowi menyatakan bersedia menjadi capres setelah mendapat mandat dari Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P. Lenny masih ingat, beberapa waktu lalu Jokowi mengatakan tak memikirkan soal capres.

Sikap Jokowi saat itu membuat Lenny lega karena ia sangat senang Jakarta bakal dipimpin mantan Wali Kota Solo itu selama lima tahun. Dia bertanya-tanya mengapa kini Jokowi memilih mematuhi mandat dari Megawati.

“Jadi Jokowi nyapres karena kami rakyatnya atau Bu Mega? Sebagai pemimpin Jakarta, harusnya Jokowi berani menjelaskan ke Bu Mega kalau dia enggak bisa (jadi capres). Pasti Bu Mega mengerti kalau alasannya tepat,” kata Lenny.

“Tapi ya, namanya politik pasti sudah merencanakan sesuatu hanya untuk partainya sendiri. Mereka di pemerintahan bekerja bukan untuk rakyat kalau saya lihat, tapi untuk partainya masing-masing,” lanjut Lenny.

Hal senada dikatakan Ferdi, warga Cempaka Putih. Ferdi kini mempertanyakan independensi Jokowi sebagai pemimpin.

“Potensinya Jokowi ada. Tapi sekarang patut dipertanyakan apakah Jokowi bisa independen? Kalau masuk Istana nanti jangan-jangan bisa diintervensi sama Bu Mega,” katanya.

Namun, pandangan berbeda disampaikan Rafica atau Caca warga Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat. Caca justru sangat setuju Jokowi maju menjadi capres pada kesempatan pesta demokrasi tahun ini. Menurut Caca, sejauh ini belum ada sosok yang lebih baik dibanding Jokowi.

“Kita jangan lihat hasilnya, tetapi prosesnya. Proses kerja Jokowi selama ini bagus menurut saya. Dia tuh, sepertinya tulus, mau bertemu langsung rakyatnya. Saya rasa dia bisa dan kuat, enggak tergiur uang korupsi,” kata Caca saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta.

Rusli, warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan, juga menyatakan sangat senang Jokowi maju sebagai capres. Menurut dia, banyak sikap Jokowi yang tidak dimiliki pemimpin lain. Ia juga melihat banyak perubahan Jakarta di beberapa wilayah sejak kepemimpinan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama.

“Ada kriteria yang dia punya tapi capres lain enggak punya, misalnya soal kebijaksanaan dan kepedulian dia,” kata Rusli.

Ada pula yang mendukung Jokowi karena sosoknya sedang ramai dibicarakan banyak orang.

"Ya, saya yang rakyat kecil mah setuju-setuju saja (Jokowi capres), yang lagi ramainya, kan, sekarang Jokowi. Yang penting kita makan aman, tenang," kata Kajsari, pedagang tahu di Monas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com