Saat berbincang santai dengan para jurnalis di salah satu restoran di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (21/2/2014), ia mengaku bahwa sifat luwes dan santai ini terbentuk saat dirinya masih menjadi tentara elite Indonesia, Kopassus.
"Saya itu memimpin pasukan yang kecil. Dulu saya kalau makan satu piring bagi empat dengan prajurit. Saya berusaha membangun kedekatan dengan mereka. Kalau tidak, pas lagi tempur, mereka ninggalin kita," kata dia.
Menurut dia, setiap perwira tinggi militer memiliki gaya kepemimpinan masing-masing dalam memimpin anak buahnya. Ada yang bergaya komando, otoriter, dan sebagainya. "Ya ini pembawaan saya," imbuhnya.
Kendati demikian, Pramono menegaskan bahwa ia dapat bersikap tegas. "Dalam hal apa saya tidak tegas? Coba sebutkan? Kasus Cebongan, saya hukum anak buah saya," ucap Pramono.
Dalam kompetisi politik menjelang pemilu, ada empat pensiunan jenderal yang memutuskan menjadi bakal calon presiden. Selain Pramono, ada mantan Panglima Kostrad, Prabowo Subianto, dan dua mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Wiranto dan Jenderal Endriartono Sutarto.
Menanggapi hal itu, Pramono menyerahkan sepenuhnya kepada publik untuk menentukan pilihannya. Dia pun tak mau berkomentar soal perbedaan yang menjadi ciri khas antara dirinya dan ketiga pensiunan jenderal itu.
"Bebas saja. Lihat rekam jejak Prabowo. Lihat rekam jejak Pramono Edhie. Begitu juga yang lain. Itu yang penting," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.