Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei "Kompas", Sesama "Golkar" Berebut Suara

Kompas.com - 11/01/2014, 09:15 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seperti halnya elektabilitas Partai Golkar, dukungan untuk Aburizal Bakrie, ketua umum yang juga kandidat bakal calon presiden mereka, konsisten merambat ke atas sekalipun pelan. Tak beda juga dengan suara untuk partai, Aburizal pun "berebut" suara dengan sosok-sosok yang muncul dan atau besar dari Golkar.

Survei pertama Kompas yang hasilnya dirilis pada Desember 2012, mendapatkan dukungan untuk Aburizal mencapai 5,9 persen suara responden. Pada Juni 2013, elektabilitas Aburizal dalam survei periode kedua Kompas, mendapatkan angka dukungan 8,8 persen. Pada survei ketiga yang pengumpulan datanya rampung pada Desember 2013, dukungan untuk Aburizal pun naik lagi menjadi 9,2 persen.

Suara responden yang memilih Aburizal seandainya pemilu digelar hari ini memang tak melejit bak meteor sebagaimana yang terjadi pada figur Joko Widodo. Dia juga tak disebut sebagai "Kuda HItam" laiknya Prabowo Subianto. Namun, Aburizal juga mulai mengumpulkan kepercayaan dari kadernya. Bila pada survei kedua baru 35 persen pemilih Partai Golkar memilih Aburizal, maka pada survei ketiga porsinya naik menjadi 40 persen.

"Ancaman" untuk Aburizal tak cuma kepopuleran Joko Widodo, yang belum tentu juga diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dari figur-figur yang lekat dengan Golkar, masih ada nama Jusuf Kalla, Prabowo, Wiranto, dan Surya Paloh.

Selain Surya Paloh, tiga kandidat lain itu masih masuk daftar enam nama yang mendapat dukungan signifikan dari responden survei Kompas. Survei Kompas mendapatkan suara pendukung Aburizal yang teralih kepada Kalla, Prabowo, dan Wiranto, mencapai 14 persen.

Partai pengusung Prabowo, Wiranto, dan Surya Paloh -yakni Gerindra, Hanura, dan Nasdem- pun mencatatkan angka-angka yang layak dicemati. Survei Kompas mendapatkan suara yang beralih ke dua partai ini mencapai 8 persen, belum menghitung suara di Gerindra.

Kerapuhan dan Dominasi Golkar

Apa yang terjadi di Golkar karena menyebarnya "anak didik" partai berlambang pohon beringin ini ke partai-partai baru, juga merupakan persoalan partai-partai baru itu sendiri. Sama rapuhnya, karena berebut suara dari ceruk yang semula sama.

Kesimpulan survei Kompas menilai setidaknya empat partai ini -Golkar, Gerindra, Hanura, dan Nasdem- akan cenderung memperlihatkan kondisi "saling memakan" dalam ceruk yang sama. Jalan terjal, diperkirakan akan menjadi rute mereka, siapa pun "pemakan" suara terbanyak di antara mereka.

Pada saat yang sama, fenomena ini menjadi salah satu bukti bahwa pada satu masa Golkar produktif melahirkan petarung politik papan atas di negeri ini. Fakta positif tersebut kemudian memang terlihat bak simalakama bagi Golkar. Banyak calon, banyak suara, tapi menyebar menjadi banyak kandidat dan partai. Loyalitas responden pemilih Golkar pun masih di kisaran 54 persen, empat bulan menjelang pemungutan suara Pemilu Legislatif Golkar.

Survei Kompas

Rangkaian survei yang digelar Harian Kompas menggunakan metode survei longitudinal, yakni memakai responden yang sama. Ketiga survei dilakukan secara tatap muka, dalam tiga periode waktu yang berbeda.

Survei periode pertama yang hasilnya dilansir pada Desember 2012, dilakukan pada rentang 26 November 2012 sampai 11 Desember 2012. Periode kedua, 30 Mei 2013 sampai 14 Juni 2013, dan diumumkan pada Juni 2013. Sedangkan periode ketiga terlaksana pada 27 November 2013 sampai 11 Desember 2013, diumumkan mulai Rabu (8/1/2014).

Melibatkan 1.380 sampai 1.400 responden dari 34 provinsi di Indonesia, survei menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dan rentang kesalahan (margin of error) 2,6 persen dalam penarikan sampel acak sederhana.

Hasil survei selengkapnya dapat dibaca di Harian Kompas edisi Sabtu (11/1/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com