Jenderal bintang empat pertama yakni Jenderal Pol Timur Pradopo, mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Ia kini masih berstatus sebagai perwira tinggi aktif di Mabes Polri yang menjabat sebagai Pati Yanma. Ia dimutasi pada jabatan tersebut dalam rangka pensiun.
Timur Pradopo merupakan Kapolri ke-21. Ia dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Kapolri pada 22 Oktober 2010 lalu. Jabatannya sebagai Kapolri selesai pada 25 Oktober 2013 lalu, setelah Presiden memutuskan untuk mempercepat proses pergantiannya. Padahal seharusnya, Timur baru pensiun pada 10 Januari 2014 mendatang.
Sebagai penggantinya, jabatan kapolri saat ini dipegang oleh Jenderal Pol Sutarman. Sutarman merupakan mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri. Lulusan Akademi Kepolisian angkatan 1981 itu terpilih sebagai Kapolri baru setelah Kepala Negara mengajukannya sebagai calon tunggal ke DPR RI.
Dengan terpilihnya Sutarman sebagai Kapolri, maka jabatan tertinggi baik di tubuh Polri maupun TNI dipegang oleh lulusan angkatan 1981. Seperti diketahui, di tahun ini pula Jenderal TNI Moeldoko terpilih sebagai Panglima TNI. Ia menggantikan posisi Laksamana TNI (Purn) Agus Suhartono yang telah memasuki masa pensiun.
Pergantian Kapolri
Sejak April 2013, kabar pergantian Kapolri telah ramai terdengar. Ketika itu, Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha menyatakan, Presiden berencana akan mengganti Kapolri sekitar bulan Agustus atau September 2013.
Bukan tanpa alasan Presiden mempercepat proses pergantian Kapolri yang kala itu masih dipegang Timur Pradopo. Selain untuk mengatasi sejumlah gangguan keamanan, calon kapolri baru diharapkan dapat mengamankan jalannya Pemilu 2014 mendatang.
Mendengar rencana percepatan tersebut, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) langsung menggodok sejumlah nama yang dianggap berpotensi menjadi calon Kapolri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI, Kompolnas berwenang memberikan saran dan pertimbangan calon kapolri kepada Presiden.
Setidaknya ada sebelas nama yang dipersiapkan oleh Kompolnas dari hasil rekam jejak. Kesebelas nama tersebut terdiri dari tiga jenderal bintang tiga yakni Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim) Komisaris Jenderal (Komjen) Sutarman, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Anang Iskandar, dan Kepala Lembaga Pendidikan Polri (Kalemdikpol) Komjen Budi Gunawan.
Delapan nama lainnya merupakan jenderal bintang dua. Mereka adalah Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal (Irjen) Putut Eko Bayu Seno, Kadiv TI Irjen Tubagus Anis Angkawijaya, Wakabareskrim Polri Irjen Anas Yusuf, Asisten Operasi Kapolri Irjen Badrodin Haiti, Kapolda Bali Irjen Arif Wachjunadi, Kapolda Sumatera Selatan Irjen Saud Usman Nasution, Kakorlantas Polri Irjen Pudji Hartanto, dan Kepala Divisi Hukum Polri Irjen Anton Setiadi.
Di tengah-tengah rencana pergantian tersebut, pada akhir Juli 2013 Wakil Kepala Polri Komjen Pol (Purn) Nanan Sukarna memasuki masa pensiun. Sebagai gantinya, Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Komisaris Jenderal Oegroseno menggantikan posisinya sebagai orang nomor dua di Polri. Sementara, jabatan yang ditinggal Oegroseno digantikan oleh Badrodin Haiti. Dengan naiknya Badrodin, maka bursa pergantian Kapolri semakin memanas. Pasalnya, akan ada empat jenderal bintang tiga yang akan memperebutkan kursi Tri Brata I, sebutan bagi Kapolri.
Setelah kenaikan Badrodin, berbagai macam spekulasi terkait pergantian kapolri mulai mencuat. Mulai dari kabar angin kabaharkam calon terkuat, ajudan presiden hingga perebutan angkatan lulusan Akademi Kepolisian.
Seperti diketahui, Badrodin merupakan lulusan Akademi Kepolisian terbaik tahun 1982 yang meraih Adhi Makayasa. Posisinya sebagai Kabaharkam Polri kerap disebut sebagai batu loncatan untuk menuju kursi orang nomor satu di Polri. Jika hal itu betul terjadi, maka prosesnya sama seperti karier Timur Pradopo sebelum menjabat sebagai Kapolri. Timur yang saat itu baru dua pekan menjabat sebagai Kabaharkam, tiba-tiba dipilih untuk menjabat sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Pol (Purn) Bambang Hendarso Danuri.
Sementara itu, dari sejumlah kandidat yang diajukan Kompolnas, ada di antara mereka yang merupakan mantan ajudan presiden. Mereka adalah Sutarman yang pernah menjadi ajudan Presiden RI pada masa pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Selain itu, ada Budi Gunawan pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Putut Eko pada masa periode pertama kepemimpinan Presiden SBY.