Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moralitas Pengharapan Natal

Kompas.com - 25/12/2013, 08:02 WIB

KOMPAS.com- KEPRIHATINAN sosial, politik, ekonomi, ekologis, dan interreligus masih menantang kita semua untuk menghayati moralitas pengharapan di tengah kehidupan bersama. Siapa pun yang merayakan Natal, terpikul di pundaknya imperatif mewujudkan moralitas pengharapan!

Sejak Natal perdana hingga hari ini, kelahiran Yesus Kristus secara tak terbantahkan menghadirkan moralitas pengharapan, bukan saja bagi yang merayakan, melainkan juga bagi siapa pun yang berkehendak baik.

Tuntutan mewujudkan moralitas pengharapan Natal kian mendesak, mengingat zaman kita ditandai dengan berbagai keprihatinan, terutama atas kehidupan sesama umat manusia.

Pesan Natal bersama yang disampaikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) tahun ini menyebutkan sejumlah keprihatinan seperti tindakan-tindakan intoleran yang mengancam kerukunan dalam berbagai bentuk.

Di depan mata kita juga tampak kerusakan alam seperti kurang peduli terhadap sampah, polusi, maupun dalam bentuk eksploitasi besar-besaran terhadap alam.

Hal yang juga masih terus mencemaskan kita adalah kejahatan korupsi yang makin menggurita. Hal lain yang juga memprihatinkan adalah lemahnya integritas para pemimpin bangsa.

Bahkan, dapat dikatakan bahwa integritas moral para pemimpin bangsa ini kian hari kian merosot.

Disiplin, kinerja, komitmen, dan keberpihakan kepada kepentingan rakyat digerus oleh kepentingan politik kekuasaan. Namun, kita bersyukur karena masih ada beberapa figur pemimpin yang patut dijadikan teladan.

Meretas tirani ego

Aspek utama moralitas pengharapan Natal adalah meretas tirani ego. Itu sebabnya Yesus Kristus lahir ke bumi, bukan di istana raja atau di tempat elite; melainkan di kandang binatang dan dibaringkan di palungan (Lukas 2:7).

Di tengah situasi muram, kita bersyukur sebab masih menyaksikan spontanitas masyarakat mewujudkan moralitas pengharapan dengan meretas tirani ego! Ada begitu banyak kehendak baik yang masih mau merajut kerja sama dalam rangka mewujudkan persaudaraan sejati, bahkan yang bersifat lintas iman, lintas budaya, dan lintas agama.

Kita mengakui bahwa di hamparan keprihatinan yang tersebar di negeri ini terdapat pengalaman penderitaan. Bahkan, seperti dituturkan JB Metz, sejarah umat manusia telah menjadi sejarah penderitaan.

Di balik kisah kemenangan dan penaklukan militer, kejayaan kebudayaan besar, dan penemuan-penemuan yang mengagumkan, tersembunyi penderitaan yang menyertai semua kisah sukses.

Tidaklah mengherankan kalau kisah sedih dan tragis para TKI, khususnya TKW, tidak pernah ditangani tuntas atas nama keadilan dan kemanusiaan.

Demikian pula dengan para korban kekerasan dan ketidakadilan yang terserak di seluas republik ini! Mereka bukan bagian dari sejarah sukses, dus, tidak memiliki kepentingan historis! Inilah sesat pikir yang masih menguasai elite politik dan penguasa kita.

Padahal, sesungguhnya, sebagaimana diserukan Albert Nolan dalam Jesus Today, Sprituality of Radical Freedom (2006:54), sejarah dari setiap peperangan dan kekerasan selalu ”menyisakan” orang-orang yang terluka, menjadi cacat, dilumat, dibunuh, dianiaya, direndahkan, dan dibiarkan mati di parit-parit pertahanan.

Mutatis mutandis, hal yang sama berlaku untuk setiap kekerasan dan ketidakadilan yang banyak terjadi di negeri kita; termasuk perilaku koruptif para elite!

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com