Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Potong Generasi Orde Baru, Cara Berantas Korupsi untuk Indonesia Bermartabat"

Kompas.com - 16/11/2013, 00:01 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengajak rakyat Indonesia terutama dari generasi muda untuk menciptakan negara yang bermartabat. Korupsi menurut dia telah mencoreng martabat Indonesia. Untuk memberantas korupsi, kata Mahfud, bila perlu memotong satu generasi Orde Baru.

"Budayakan peningkatan berzikir (mengingat Tuhan) dan berpikir menciptakan negara Indonesia bermartabat," kata Mahfud di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Jumat (15/11/2013). Ajakan tersebut dia sampaikan dalam ceramah dan dialog interaktif peringatan Tahun Baru 1425 Hijriah di kampus tersebut.

Korupsi, ujar Mahfud, telah mencoreng martabat Indonesia dan sangat susah diberantas. "Banyak pemimpin (institusi dan instansi negara) ditangkap KPK dan lembaga hukum lainnya karena korupsi," kata dia. Seolah, sebut Mahfud, tiap-tiap dari mereka sudah punya lahan untuk dikorupsi.

Menurut Mahfud, iman setiap manusia memang akan selalu berkurang dan bertambah, bergantian. Karena itulah dia mengatakan yang terpenting sekarang adalah memperbanyak berzikir alias mengingat Tuhan dan berpikir, secara bersamaan. "Kalau hanya berpikir, mudah ditipu orang. Kalau hanya bisa berzikir, akan mudah pula menipu orang," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Mahfud menyatakan dukungan terhadap penerapan hukuman mati bagi koruptor. Menurut dia, para koruptor telah menyengsarakan rakyat banyak. "Pelanggaran seorang koruptor lebih kejam daripada pelanggaran HAM," kata dia.

Mahfud mengatakan, pada masa Orde Baru tidak ada partai politik dan anggota DPR yang melakukan korupsi. Menurut dia, saat itu korupsi sudah diatur oleh Presiden Soeharto, korupsi ada di hilir. "Sekarang korupsinya tidak tersentralisasi, semua lini sudah ramai-ramai korupsi," ujar dia.

Potong satu generasi Orde Baru

Karenanya, kata Mahfud, Indonesia butuh sosok pemimpin yang kuat. "Sekarang tak ada pemimpin yang kuat. Pemimpin sekarang tampil karena transaksi politik, sudah disandera sebelum jadi pemimpin," tutur dia.

Dengan kepemimpinan yang tak kuat semacam itu, Mahfud mengatakan bahwa korupsi akan gampang terjadi. "(Untuk) mengembalikan utangnya," kata dia.

Untuk itu, lanjut Mahfud, rakyat Indonesia sendiri yang harus menampilkan sosok pemimpin yang tidak transaksional. "Kita juga bisa melakukan pemotongan satu generasi Orde Baru," kata Mahfud.

Pemotongan satu generasi Orde Baru itu, tutur Mahfud, bisa dilakukan dengan tidak lagi membiarkan sosok dari era Orde Baru menjabat lagi. "Tidak boleh lagi ikut dalam politik," kata dia. Namun, Mahfud mengatakan pelarangan semacam itu memang butuh pengaturan setingkat undang-undang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Nasional
Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Nasional
Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com