Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawaslu Temukan 1,7 Juta Data Pemilih Tak Akurat

Kompas.com - 10/10/2013, 15:36 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) melansir, 1.765.234 data pemilih tidak akurat dari total 12.538.082 data pemilih yang dijadikan sampel. Data pemilih bermasalah ini ditemukan di 67 kabupaten/kota.

Komisioner Bawaslu Daniel Zuchron mengatakan, ketidakakuratan data tersebut berpotensi menciptakan pemilih yang kehilangan hak pilihnya serta adanya pemilih fiktif dalam pemilu 2014.

"Menjelang penetapan DPT (Daftar Pemilih Tetap) pada tanggal 13 Oktober, per 4 Oktober Bawaslu menemukan masih banyak masalah terkait dengan proses pemutakhiran data pemilih," kata Daniel saat konferensi pers di Gedung Bawaslu, Jakarta, Kamis (10/10/2013).

Ia mengatakan, proses pengawasan yang dilakukan pada tanggal 9 September hingga 4 Oktober 2013 itu, mengambil data lapangan dari Bawaslu di tingkat provinsi. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk menjamin hak politik warga negara sesuai amanah undang-undang.

Daniel memaparkan, ketidakakuratan itu di antaranya terkait Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang kosong, ganda, hingga pemilih ganda atau fiktif (ghost voters). Sebagai pihak yang mengawasi seluruh tahapan pemilu, termasuk data pemilih, Bawaslu meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk segera memperbaikinya.

"Data pemilih ini nantinya akan mempengaruhi kualitas pemilu tahun depan," kata Daniel.

Berdasarkan data sementara yang dimiliki Bawaslu, 67 kabupaten/kota yang dijadikan sampel tersebut tersebar di sembilan provinsi, yaitu Aceh, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jambi, dan Bangka Belitung. Dari 67 kabupaten/kota itu, hanya ada empat kabupaten yang sudah akurat, yaitu Bantaeng, Enrekang, Luwu, dan Sabu Raijua.

Daniel mengatakan bahwa temuan tersebut tidak merepresentasikan seluruh data pemilih yang ada dalam Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP) yang jumlahnya mencapai 173.685.213 pemilih. Dengan kata lain, potensi ketidakakurasian data kemungkinan besar melebihi angka 1,7 juta tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com