Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Calon Hakim Agung dan Pertanyaan Seputar Pertemuan di Toilet

Kompas.com - 18/09/2013, 14:07 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Uji kelayakan dan kepatutan calon hakim agung di Komisi III DPR, Jakarta, diwarnai sejumlah pertanyaan, Rabu (18/9/2013). Selain pertemuan di ruang rapat Komisi III, diduga ada pertemuan khusus di toilet antara salah satu calon hakim agung dan salah seorang anggota Komisi III DPR. Pertemuan misterius itu diduga melibatkan calon hakim agung Sudrajad Dimyati dan anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Bahruddin Nashori.

Awalnya ialah sesaat setelah Sudrajad Dimyati selesai menjawab sejumlah pertanyaan dari anggota Komisi III DPR dalam uji kelayakan dan kepatutan calon hakim agung. Sudrajad diminta memaparkan visi, misi, dan gagasannya. Uji kelayakan itu berlangsung sekitar 90 menit.

Pertemuan di toilet

Setelah menjawab semua pertanyaan anggota Komisi III, Sudrajad lalu merespons para wartawan yang mewawancarainya. Kemudian, Hakim Tinggi Pontianak (Kamar Perdata) ini langsung masuk ke dalam toilet yang bersebelahan dengan ruang rapat Komisi I dan Komisi VIII. Tak lama berselang, Bahruddin Nashori menyusulnya.

Kondisi toilet sepi. Sudrajad diduga memberikan sesuatu yang menyerupai amplop kepada Bahruddin. Tak diketahui apa isinya, proses penyerahan benda itu terjadi dalam hitungan detik. Bahruddin lalu keluar dari toilet lebih dulu, dan Sudrajad mengikuti di belakangnya. Apa sebenarnya yang diberikan? Kenapa harus di kamar mandi?

Saat dikonfirmasi, Sudrajad membantah melakukan lobi khusus untuk melancarkan niatnya terpilih sebagai hakim agung. Menjawab pertanyaan ini, terlihat kepanikan dari wajah dan bahasa tubuhnya. Berkali-kali ia memilih menyibukkan diri dengan telepon genggamnya dan tak menjawab pertanyaan dengan jelas.

"Tidak ada (lobi khusus), saya ke kamar mandi karena ingin kencing," kata Sudrajad.

Secara terpisah, Bahruddin juga membantah menerima sesuatu dari Sudrajad saat keduanya bertemu di toilet. Bahruddin mengaku hanya ingin menanyakan mengenai sejumlah calon hakim agung kepada Sudrajad. Setelah pertemuan dengan Sudrajad, Bahruddin tak tampak di ruang rapat Komisi III. Bahkan, ketika uji kelayakan menjalani sesi break sekitar pukul 13.00, Bahruddin masih belum kembali ke ruang rapat tersebut.

"Enggak. Saya cuma nanya ada berapa calon (hakim agung) yang perempuan, dan ada berapa calon yang nonkarier," katanya.

Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardika pun mempertanyakan pertemuan antara Sudrajad dengan Bahruddin yang berlangsung di toilet. Pasek menekankan, data lengkap mengenai calon hakim agung telah dimiliki oleh semua anggotanya sehingga pertanyaan-pertanyaan standar seharusnya telah bisa terjawab dalam data tersebut dan seharusnya pendalaman dilakukan dalam forum uji kelayakan dan kepatutan di ruang rapat komisi.

"Dalam suasana ini seharusnya bisa saling menjaga marwah, jangan melakukan pertemuan yang bisa dibaca negatif, sebaiknya dihindari. Kalau mau menanyakan sesuatu, sebaiknya di dalam forum," kata Pasek.

Sudrajad Dimyati adalah Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Pontianak (Kamar Perdata). Dalam uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Komisi III DPR, Sudrajad mengaku termotivasi ingin menjadi hakim agung karena ingin menegakkan hukum dengan benar. Menurutnya, penegakan hukum tak dapat dilakukannya dengan optimal jika hanya menjadi bawahan. Selain itu, Sudrajad juga menyatakan diri sebagai sosok yang sederhana. Kebiasaan hidup sederhana itu ia tanamkan juga kepada keluarganya.

"Saya kalau naik pesawat selalu yang termurah. Kalau ke Cengkareng (bandara), selalu naik Damri, ongkosnya Rp 30.000," kata Sudrajad.

Dalam kesempatan itu, beberapa anggota Komisi III juga mencecar Sudrajad dengan pertanyaan mengenai strategi untuk mengembalikan citra Mahkamah Agung dan komitmen menolak segala bentuk suap dan gratifikasi. Menjawab itu, Sudrajad mengatakan, ia selalu menolak pemberian yang tak seharusnya atau bahkan dapat memengaruhi keputusannya sebagai hakim.

"Sering orang minta tolong. Saya pernah diminta agar pesinetron yang kena kasus dihakimi oleh hakim X, tapi saya menolak, dengan cara yang tidak frontal, yang penting tidak menuruti permintaan itu. Jadi, intinya, sebagai hakim, saya lebih ke bagaimana hukumnya. Saya tidak memperhatikan permintaan itu dari mana, yang penting hukumnya," kata Sudrajad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com