Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita "Blusukan" ala Irjen Suhardi Alius

Kompas.com - 12/03/2013, 12:55 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi terkenal dengan "hobi"-nya blusukan ke kantong-kantong masalah di Ibu Kota. Ternyata, dari Mabes Polri juga ada cerita blusukan. Kali ini yang punya cerita adalah Inspektur Jenderal Suhardi Alius. Jenderal bintang dua ini punya cerita blusukan sebelum menjabat Kepala Divisi Humas Polri. Menurutnya, hal itu merupakan caranya untuk mengawasi dan membina bawahannya. Dia kerap blusukan sekaligus inspeksi mendadak (sidak) ke beberapa polsek ataupun polres setiap malam untuk mengecek kinerja anggotanya.

"Tengah malam saya ke Polsek Senen. Saya ngecek ruang tahanan, ternyata lampunya mati,” kata Suhardi, saat peluncuran bukunya yang berjudul Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan ke Bawahan, di Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (11/3/2013).

Ia pun menanyakan langsung kepada tahanan tersebut sejak kapan lampu mati. Tahanan itu menjawab sudah seminggu. Namun, seorang bintara yang ada saat itu menjawab bahwa lampu mati baru satu hari.

Dengan blusukan itu, ia jadi tahu bahwa lampu tahanan dibiarkan mati berhari-hari. Sementara saat menjabat Wakil Kepala Kepolisian Daerah Polda Metro Jaya, ia sempat kaget saat blusukan ke Polsek Makasar, Jakarta Timur. Dia mendapati ruang tahanan yang tidak dijaga satu orang pun. Pria berkumis ini pun menjaga ruang tahanan hingga bertemu anggotanya yang datang.

"Ternyata yang jaga sudah pulang dan yang baru belum datang. Saya menunggu di depan tahanan. Jadilah Wakapolda yang jaga sel itu sampai petugas datang," katanya sambil tertawa.

Suhardi blak-blakan menceritakan kesalahan anggotanya di lapangan. Ia juga pernah mendapati ruang tahanan Polsek Jatinegara yang dipenuhi asap rokok karena exhaust fan tidak berfungsi. Di Polsek Cempaka Putih, lanjutnya, 12 tahanan melarikan diri pada Februari 2012 lalu. Ia terkejut karena tahanan sebanyak itu dapat dengan mudah kabur dan hanya satu yang berhasil diamankan kembali saat itu. Akhirnya, ia menginterogasi langsung seorang tahanan tersebut bagaimana bisa kabur.

"Saya interogasi sendiri akhirnya. Dia bilang, bolongin atap pakai gergaji dari jam 23.00 malam sampai 03.00 pagi. Tapi kenapa enggak kedengaran. Ternyata ada suara keran bocor di situ, jadi tidak kedengaran. Dijadikan kamuflase, sedangkan yang jaga satu orang," kata pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962, ini.

Saat menjabat Kapolres Jakarta Barat pada 2004, ia juga rutin mengunjungi dua polsek setiap malam. Dalam sebulan ia melakukan survei sendiri dari hasil "keluyurannya" di tengah malam. Suhardi mengaku, aksi tersebut berhasil menurunkan angka kriminalitas hingga 30 persen. Sebab, para kapolsek menjadi termotivasi dan selalu melek untuk menjaga keamanan sekitar.

Dengan blusukan, ia mengaku jadi lebih mengerti dinamika di lapangan. Menurutnya, ujung tombak pelayanan Polri ada pada para bintara yang terjun langsung di lapangan. Aktivis Usman Hamid yang menghadiri acara peluncuran buku itu menilai, gaya yang dilakukan Suhardi tak jauh beda dengan Gubernur DKI Jakarta Jokowi.

"Kalau di pemerintahan daerah ada Jokowi, kalau di Polri ada Suhardi," kata Usman.

Penyamaran

Cerita Suhardi yang tak pernah disorot media ini tak berhenti sampai di situ. Ia juga pernah nekat melakukan blusukan sambil menyamar ke Polsek Menteng. Tidak datang mengenakan seragam coklat dengan bintang dua di pundaknya, Suhardi datang mengenakan kaus, celana jeans, dan sandal jepit. Mobilnya diparkir jauh dari Polsek Menteng. Ia menyamar menjadi warga biasa yang hendak melaporkan tindak kejahatan. Penyamaran Suhardi rupanya berhasil. Ia bertemu seorang bintara yang menganggapnya sebagai warga biasa. Saat dihampiri, bintara itu dengan nada yang tidak ramah menanyakan kedatangan Suhardi.

“Adik saya kena hipnotis,” jawab Suhardi saat ditanya bintara itu.

Bintara itu lantas menyarankan Suhardi lapor ke pos polisi (pospol). Dia kesal lantaran petugas polsek itu tidak mau menerima laporannya. Ia pun meminta sang bintara mengantarnya ke pospol. Dilihatnya banyak mobil patroli yang nganggur di situ. Namun, bintara tersebut tidak mau mengantar sang jenderal yang sedang menyamar itu. Setibanya di pospol, ia bertemu bintara yang senior. Saat Suhardi datang, rupanya bintara di pospol sudah mengetahui maksud kedatangannya karena telah diberitahu bintara sebelumnya.

“Ternyata ada positifnya. Ternyata bintara tadi telepon ke pospol. Terus dia bilang, 'Saya keliling enggak ada yang hipnotis'. Ya, memang saya laporan palsu. Terus saya diantar sampai keluar,” ujarnya disambut gelak tawa yang lain.

Suhardi mencatat nama bintara di pospol. Setelah itu, pria berdarah Minang ini bertandang ke Polsek Gambir. Di Polsek Gambir, ia mendapat perlakuan yang ramah dari seorang polisi berpangkat inspektur dua (ipda). Ia dirangkul dan langsung dilayani. Ia mengatakan, adiknya dihipnotis di depan Hotel Millenium, Jakarta. Namun, ternyata Suhardi salah alamat. Ipda tersebut menjelaskan, daerah itu masuk wilayah hukum Polsek Tanah Abang. Ipda tersebut bahkan menawarkan untuk mengantar Suhardi ke Tanah Abang, tetapi Suhardi menolak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com