Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri: Konflik Sampang karena Asmara

Kompas.com - 03/09/2012, 14:24 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian meminta agar semua pihak tidak lagi menyebut konflik di Sampang, Madura, Jawa Timur, berlatarbelakang perbedaan keyakinan antara Sunni dan Syiah. Konflik yang sudah terjadi sejak Desember 2011 itu disebut-sebut didasari persoalan asmara.

"Jangan sebut konflik antara Syiah dan Sunni. Ini permasalahan asmara," kata Kepala Polda Jawa Timur Inspektur Jenderal Hadiatmoko, saat rapat kerja dengan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat,  di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (3/9/2012).

Raker yang membahas konflik sosial itu dihadiri Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, Kepala Bareskrim Polri Komjen Sutarman, Irwasum Polri Komjen Fajar Prihantono, Kalemdikpol Komjen Oegroseno, dan perwira tinggi Polri lainnya.

Hadiatmoko menjelaskan, permasalahan di Sampang berawal dari konflik dua orang anak pasangan Choirul Ummah-Ma'mun Achmad, yakni Tajul Muluk dan Rois Al Hukuma tahun 2005 . Awalnya, kakak beradik itu sama-sama penganut Syiah.

Ketika itu, kata Hadiatmoko, Rois ingin menikahi salah satu santrinya yang bernama Halimah. Namun, Halimah justru menikah dengan tetangga Muluk.

"Tajul muluk yang mengawinkan. Rois lalu keluar dan gabung dengan kelompok Sunni," ujarnya.

Setelah itu, Rois menyebarkan isu bahwa ajaran Syiah sesat. Lalu, sejak 2006 mulai muncul penolakan warga yang mayoritas kelompok Sunni terhadap ajaran yang dianut kelompok Tajul. Singkat cerita, terjadi bentrokan pada Desember 2011 .

Menurut Hadiatmoko, pascabentrokan pada Desember 2011, pihaknya telah melakukan berbagai langkah agar kejadian itu tidak terulang. Dalam rapat tersebut, dia menunjukkan foto-foto pertemuan antara kepolisian dengan pimpinan pondok pesantren, ulama, tokoh masyarakat, hingga kegiatan rutin membagi sembako.

Foto lain, saat shalat Jumat bersama antara penganut Sunni dan Syiah di salah satu masjid di Sampang.

"Sunni dan Siyah enggak ada masalah di Sampang, imamnya siapa pun. Rois sama Tajul saja yang bertikai," kata dia.

Adapun mengenai kembali bentrokan beberapa waktu lalu, bermula ketika sekitar 20 anak dari kelompok Tajul dihadang oleh pengikut Rois. Ketika itu, anak-anak hendak kembali untuk melanjutkan sekolah. Namun, pengikut Rois meminta mereka kembali ke rumah masing-masing dan dilarang melanjutkan sekolah.

Mendengar penghadangan itu, para pengikut Tajul mendatangi lokasi. Begitu pula massa pengikut Rois yang jumlahnya jauh lebih besar. Mereka berdatangan dengan membawa bambu runcing, senjata tajam, hingga bom molotov setelah mendengar imbauan dari masjid-masjid.

Akhirnya, bentrokan terjadi. Dua orang tewas dalam peristiwa itu, yakni Hasim dan Hosen. Massa juga membakar 49 rumah. Akibatnya, 282 warga terpaksa mengungsi. Kepolisian baru menetapkan satu tersangka, yakni Rois.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

    GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

    Nasional
    Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

    Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

    Nasional
    Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

    Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

    Nasional
    Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

    Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

    Nasional
    Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

    Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

    Nasional
    WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

    WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

    Nasional
    Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

    Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

    Nasional
    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

    Nasional
    Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

    Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

    Nasional
    Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Nasional
    Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

    Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

    Nasional
    KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

    KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

    Nasional
    Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

    Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

    Nasional
    Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

    Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

    Nasional
    DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

    DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com