MANADO, KOMPAS.com — Pembicaraan tentang Angelina Sondakh ramai di sejumlah warung kopi di Manado. Berita soal ditetapkannya Angelina menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus wisma atlet, yang menghiasi koran-koran lokal terbitan Manado, menambah bumbu cerita siapa sosok putri Indonesia tahun 2001 itu.
Sebagian dari mereka menyayangkan Angelina terperosok jauh dalam arus permainan politik yang kejam.
Kemampuan bermetamorfosa Angelina dari artis dalam dunia selebiriti menjadi politisi dinilai sebagai hal luar biasa. Ia memiliki kelebihan beradaptasi dengan lingkungan secara prima, terutama saat bergabung dengan Partai Demokrat.
"Hal yang luar biasa dari Angelina yakni dua kali memenangkan suara di Jawa Tengah sehingga menjadi anggota DPR," kata Novi Kolinu, pengacara di Manado. Jarang ada politisi dari Manado yang menang di luar kandang.
Novi menyebut sejumlah nama selebriti lokal, seperti Dr Desy Mantiri mantan Noni Sulut dan mantan Putri Ayu Indonesia, Dr Ir Winda Mingkid yang bertahan di Manado kemudian menjadi guru besar di Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi.
"Tetapi Angelina berbeda, ia masuk panggung nasional dengan segala kemampuan dirinya," kata Nico Mandey, kerabat Angelina.
Sebelum menjadi Putri Indonesia tahun 2001, Angelina yang kelahiran 28 Desember 1977 dijuluki ratu panggung cat walk di Manado.
Ia merebut aneka lomba putri-putrian, mulai dari putri ayu, Wulan Minahasa, Putri Intelegensia Manado, hingga menjadi Noni Sulut tahun 1996. Ia pernah dinobatkan sebagai Cewek Keren tahun 1995.
Semasa menjadi pelajar di SMA Negeri 2 Manado, Angelina juara lomba pidato dan debat dalam bahasa Inggris. Kemampuan Angelina berbahasa Inggris karena ia lahir dan tinggal di Australia sampai berusia 11 tahun. Ayahnya, Lucky Sondakh, saat itu tengah sekolah doktoral bidang ekonomi.
"Waktu pulang ke Manado tahun 1989, Angelina dan kakaknya, Frangky, bahkan tak bisa berbahasa Indonesia," ucap Nico.