JAKARTA, KOMPAS.com — Praktik korupsi selama rezim pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai jauh lebih parah dibandingkan korupsi sebelum era reformasi tahun 1998. Korupsi saat ini terjadi di semua lini dan level, baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Ini terjadi akibat pemerintah yang justru tetap memelihara dan merawat budaya korupsi karena pemimpinnya tak pernah bersikap tegas terhadap perilaku dan peluang koruptif yang terjadi di jajarannya.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah La Ode Ida mengatakan, korupsi saat ini jauh lebih parah karena pejabat dan politikus justru merawat dan saling menjaga tindakan koruptif sesama mereka. Ini menurut La Ode mirip apa yang dilakukan mafia.
"Mereka yang bersih justru akan disingkirkan," kata La Ode di Jakarta, Selasa (13/9/2011).
Meski sudah menggurita, menurut La Ode, hampir tidak ada tindakan berarti terhadap mereka yang diduga ikut terlibat. Padahal, beberapa di antaranya, kata La Ode, adalah para pembantu terdekat Presiden.
Perilaku korupsi yang semakin masif di bawah rezim SBY ini menurut La Ode bisa menjadikan Presiden sebagai musuh bersama masyarakat.
La Ode menuturkan, keresahan itu sebenarnya sudah mulai diungkapkan publik. Dia menceritakan, dalam pertemuan dengan pengusaha keturunan Tionghoa, mereka antara lain mengeluhkan terjadinya ketidakstabilan dalam berusaha karena perilaku koruptif penguasa.
Dua kasus korupsi yang pelakunya tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi di Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menurut La Ode, sesungguhnya bisa digunakan Presiden untuk menunjukkan ketegasan.
"Saya enggak tahu kenapa Presiden SBY tidak bergerak juga," kata La Ode.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.