Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Suruh Tangkap Nazar, Polisi Bingung

Kompas.com - 29/07/2011, 17:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi III DPR Syarifuddin Suding menilai upaya pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua ini makin tak mumpuni menjelang tahun ketiga. Penegakan hukum, terutama dalam pemberantasan korupsi, bersifat diskriminatif, tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas.

Suding mengaku pesimistis terhadap adanya perubahan ke depan karena pemberantasan korupsi hanya retorika semata. Suding mengatakan, Presiden SBY hanya membicarakan upaya pemberantasan korupsi melalui pidato, pernyataan, dan komentar, tanpa implementasi yang tegas di lapangan.

Sementara itu, para penegak hukum malah bingung menerjemahkannya. Suding mencontohkan perbedaan kepemimpinan yang tegas antara Presiden SBY dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat masih menjabat.

"Contohnya dengan keinginan Pak SBY meminta Kapolri menangkap Nazaruddin. Saya kira orang-orang penegak hukum itu juga kebingungan dan gamang, apakah pidato ini harus serius ditindaklanjuti atau hanya pencitraan. Tidak seperti ketika polisi harus menangkap Robert Tantular. Waktu itu, Pak JK langsung telepon Kapolri, seketika itu juga langsung ditangkap. Coba Pak SBY enggak hanya pidato, tapi langsung telepon Kapolri, saya kira mereka akan kerja serius. Tapi ini kan hanya sebatas pidato. Mereka juga sulit menerjemahkan, apakah pidato ini serius untuk ditindaklanjuti atau hanya sebatas pencitraan," katanya di Gedung DPR, Jumat (29/7/2011).

Politisi Hanura ini mengatakan, publik juga sudah paham bahwa pidato Presiden SBY kerap dijadikan sebagai alat pencitraan saja. Jarang yang diimplementasikan dengan tegas di lapangan. Sementara itu, aparat penegak hukum juga takut salah langkah. Suding menegaskan bahwa kekhawatirannya ini ternyata mendapat penegasan dari salah satu petinggi Polri yang pernah berbincang dengannya.

"Dalam satu kesempatan saya bicara dengan petinggi Polri, mereka bingung apakah pidato ini harus dilakukan serius, tidak seperti kita diperintahkan untuk tangkap Robert Tantular, kita langsung ditelepon," tambahnya.

Oleh karena itulah, Suding merasa bahwa komitmen Presiden dan pemerintahannya untuk menegakkan hukum dalam kasus terkait mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin penuh dengan kepura-puraan. Pasalnya, sejak awal aparat penegak hukum sudah terlibat dengan kepentingan elite partai politik dan penguasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

    ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

    Nasional
    Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

    Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

    Nasional
    Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

    Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

    Nasional
    Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

    Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

    Nasional
    Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

    Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

    Nasional
    Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

    Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

    Nasional
    UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

    UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

    Nasional
    Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

    Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

    Nasional
    MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

    MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

    Nasional
    Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

    Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

    Nasional
    Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

    Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

    Nasional
    Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

    Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

    Nasional
    ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

    ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

    Nasional
    Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

    Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

    Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com