Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden SBY Dipermalukan Padi Supertoy

Kompas.com - 05/09/2008, 09:41 WIB

JAKARTA, JUMAT - Belum lama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat dibuat malu dengan membanggakan Joko Supriyanto dengan temuannya, Blue Energy. Kini, tregedi berikutnya terulang. Eksperimen Proyek padi Supertoy HL2 yang dikoordinasikan oleh Staf Khusus Presiden SBY, Heru Lelono. Eksperimen ini dilakukan oleh PT Sarana Harapan Indopangan (SHI) yang tak lain, Heru Lelono menjadi komisarisnya. Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat saat dimintai tanggapannya oleh Persda Network, Kamis (4/9) tegas menyatakan, pemerintah memang telah dibuat malu.
 
"Presiden SBY dalam hal ini telah dibuat malu oleh staf khususnya sendiri. Kami, DPP Partai Demokrat tidak akan berkirim surat kepada Istana meminta Heru Lelono dipecat, karena Istana pasti akan tahu apa yang akan dilakukan terhadap staf khususnya ini," tegas Mubarok, orang nomor dua Partai Demokrat ini.

Sebelumnya, proyek Blue Energy proyek yang semula akan membanggakan negeri ini dengan menggunakan bahan dasar air, sebagai pengganti minyak tanah, premium, pertamax maupun avtur. Namun, Joko Suprapto sebagai penemu, tak bisa membuktikannya dan kemudian malah dinyatakan resmi sebagai tersangka oleh Polda Yogyakarta.

Mubarok kemundian menceritakan tentang kejadian tregedi padi Supertoy. Kejadian ini, jelasnya, bermula saat ratusan petani Desa Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, melakukan protes Rabu (3/9) kemarin. Protesnya, tak lain lantaran merasa tertipu hampir ratusan juta rupiah karena panen padi jenis unggul Supertoy HL2 terkena puso alias kopong. Mubarok tidak menampik, dalam panen perdana padi yang dinamai Supertou HL2 ini begitu dibangga- banggakan.

"Nah, sekarang terjadi seperti ini, apa bukan membuat malu namanya? Biasanya, kalau ada yang di dalam (Istana) melakukan kesalahan, itu digeser. Saya berkata jujur saja, lebih baik digeser karena kejadiannya sudah seperti itu. Tapi begini, SBY itu sebenarnya orang yang selalu senang kalau ada yang gagasan yang menguntungkan masyarakat. Karena ini kesalahan yang membuat, pak SBY yang jadi kena kesalahannya. Saya berbicara apa adanya saja," papar Mubarok.

"Dulu, juga pernah terjadi di Manado. Soal pabrik gula aren di Manado. Akan tetapi, setelah pabriknya diresmikan, ternyata tidak produksi. Ini kan memalukan apalagi yang melakukan adalah suami dari pengurus Demorkat. Padahal, pak SBY saking senengnya ketika itu, langsung merespon. Sekarang terjadi lagi, rakyat tertipu," sesalnya.

Presiden SBY, jelasnya lagi, akan bersikap sportif atas kejadian ini. Menurutnya, mengakui adanya kesalahan bukanlah sebuah kejahatan lantaran adanya input dari orang-orang yang mungkin akan bersikap negatif terhadap Presiden SBY. Yang jelas, Presiden SBY memang tertipu. Ada memang yang di dalam Istana memang selalu bersikap begitu, pada saat kampanye lalu, juga sudah begitu," tukasnya.

PDI Perjuangan, sebagai partai oposisi terhadap pemerintah, kemudian meminta agar Istana melakukan bersih-bersih terkait adanya dugaan poyek tak berwjud yang dilakukan oleh kalangan dekat pemerintahan. Hal ini diungkapkan oleh Sekertaris FPDI-P, Ganjar Pranowo kepada wartawan di DPR.

"Kalau kami boleh menyarankan, diperlukan langkah cepat oleh Presiden SBY,membersihkan istana agar tidak mengganggu citra. Secepatnyalah dilakukan bersih-bersih terhadap orang-orang yang memang berkepentingan memanfaatkan proyek-proyek, " pintanya.

"Kalau tidak dilakukan, jelas akan gangu wibawa dan citra presiden sendiri. Baiknya diselesaikan, itu lebih baik," Ganjar Pranowo menyarankan seraya meminta kepada para petani yang merasa tertipu memberikan laporan secara transparan atas kasus padi Supertoy ini.(Persda Network/Rachmat Hidayat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com