Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggap Janggal Tuduhan Penyelundupan Senpi, Polri Cari Tahu Motifnya

Kompas.com - 27/01/2017, 11:15 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, pihaknya menemukan kejanggalan terhadap tuduhan penyelundupan senjata yang diarahkan ke kontingen Indonesia di Sudan.

Boy mengatakan, semua barang yang masuk ke bandara sudah terlebih dahulu melewati mesin X Ray.

Namun, sejumlah tas berisi puluhan senjata dan amunisi itu sudah berada di dalam bandara. Semestinya, dari penyisiran mesin saja tas itu tidak boleh lolos ke dalam.

"Kok sudah ada barang duluan di dalam seolah disatukan dengan barang kontingen. Ini kejanggalan yang kita cari tahu apa motifnya. Apa latar belakangnya," ujar Boy di kompleks PTIK, Jakarta, Kamis (26/1/2017).

(baca: Kapolri: Hasil Investigasi, 10 Koper Isi Senjata Bukan Punya Polisi RI)

Boy mengatakan, selama delapan kali perwakilan Indonesia mengikuti misi perdamaian PBB di Sudan, tak pernah ada catatan buruk.

Bahkan, polisi Indonesia dikenal mudah berbaur dengan masyarakat, kinerjanya baik, dan menoreh prestasi dari PBB.

Kejanggalan lainnya, pasukan perdamaian PBB di Sudan tidak menggunakan senjata selama bertugas.

"Maka ketika Polri dituduhkan, ada sesuatu yang aneh," kata Boy.

(baca: Menlu Melihat Kejanggalan Kasus Upaya Penyelundupan Senpi di Sudan)

Oleh karena itu, Polri akan membuat investigasi gabungan dengan otoritas Sudan untuk menyelidiki hal ini.

Jangan sampai isu penyelundupan senjata ini dipandang salah oleh masyarakat dunia sehingga mencoreng nama Indonesia dan Polri.

"Sama-sama kita cari milik siapa sebenarnya barang itu, bagaimana sampai barang itu di bandara," kata Boy.

(baca: Ini Tiga Kejanggalan Dugaan Penyelundupan Senjata di Sudan)

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian sebelumnya menegaskan bahwa sepuluh tas berisi senjata yang ditemukan di Bandara El Fasher, Sudan, bukan milik Formed Police Unit (FPU) ke-8 Polri.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com