Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kain Tenun Sumber Perlawanan dari Mama Aleta...

Kompas.com - 26/01/2017, 10:55 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Usai menerima penghargaan Yap Thiam Hien Award 2016, Aleta Baun, seorang perempuan pejuang lingkungan, sempat memberikan kain tenun khas Nusa Tenggara Timur (NTT) kepada tiga orang pejabat pemerintahan yang hadir pada Rabu (25/1/2017) malam.

Aleta memberikan kain tenun berwarna merah kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang mewakili Presiden Joko Widodo. Kain tenun juga diberikan kepada Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.

Bagi perempuan yang akrab disapa Mama Aleta itu, kain tenun tersebut merupakan sebuah simbol perlawanan masyarakat di Desa Lelobatan, Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, terhadap serbuan eksploitasi alam.

Kain tenun dari Mama Aleta dibuat oleh ibu-ibu yang pernah melakukan aksi protes dengan cara menenun di celah bebatuan bekas tambang marmer. Bahan baku kain tenun seluruhnya diambil dari alam sekitar di Desa Mollo.

(Baca: Aleta Baun, Pejuang Lingkungan Asal NTT Raih Yap Thiam Hien Award 2016)

Dengan memberikan kain tenun, Mama Aleta ingin menegaskan kepada pemerintah bahwa alam merupakan bagian dari kehidupan masyarakat NTT yang harus dijaga kelestariannya dari pertambangan yang merusak.

"Saya memberikan kain tenun itu agar pemerintah ingat bahwa alam akan selalu menjadi bagian dari diri manusia. Manusia selalu menjadi bagian yang terpisahkan dengan alam," ujar Aleta saat berbincang usai acara penganugerahan, di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2017).

Masyarakat NTT percaya leluhur mereka berasal dari batu, kayu, dan air di sekitar desa mereka. Keyakinan filosofis "Oel fani on na, nasi fani on nafus, afu fani on mesa, fatu fani on nuif", mengandung arti bahwa air merupakan darah, hutan adalah pembuluh darah dan rambut, tanah merupakan daging, batu merupakan tulang.

Melawan pemerintah dan korporasi

Perlawanan Mama Aleta berawal saat pemerintah daerah memberikan izin tambang kepada PT. So'e Indah Marmer dan PT. Karya Asta Alam pada tahun 1995. Mama Aleta bersama salah satu tetua adat mendatangi kampung-kampung untuk menggalang penolakan.

Mama Aleta menggunakan pendekatan nonkekerasan (nonviolent) untuk membangkitkan kesadaran warga terhadap kelestarian alamnya. Dia mengajak puluhan kaum ibu di tiga suku melakukan aksi protes dengan menenun di celah gunung batu yang akan ditambang.

Aksi tersebut berlangsung selama setahun dan berhasil membuat dua perusahaan tambang, PT So'e Indah Marmer dan PT Karya Asta Alam, berhenti beroperasi.

Salah seorang juri dari yayasan Yap Thiam Hien, Yosep Adi Prasetyo, mengatakan, Aleta Baun merupakan sosok pejuang yang berhasil membebaskan orang-orang di kampungnya dari rasa takut akan serbuan eksploitasi lingkungan.

"Dewan juri menetapkan ibu Aleta Baun karena kegigihannya sebagai pejuang lingkungan tanpa rasa takut. Aleta adalah simbol keteguhan dari serbuan ketamakan industrialisasi," ujar Yosep Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Yayasan Yap Thiam Hien, Todung Mulya Lubis.

Menurut Todung, Mama Aleta telah menjadi lambang perlawanan masyarakat terhadap penguasa dan pengusaha yang semena-mena. Kegigihan Mama Aleta menyelamatkan hutan dan gunung di desa Mollo.

Dia berhasil memimpin kaum perempuan melawan ketakutan hingga perusahaan tambang tidak jadi beroperasi.

"Dia telah menjadi simbol perlawanan masyarakat dari serbuan komersialisasi dan industrialisasi serta ketamakan dunia industri," kata Todung.

Mama Aleta lahir di Desa Lelobatan, Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 16 April 1963. Mama Aleta adalah anak ke-6 dari 8 bersaudara yang sejak kecil begitu dekat dan menyatu dengan alam.

Sejak kecil, Mama Aleta diajarkan untuk menghormati lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com