JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, tiga awak kapal yang juga warga negara Indonesia di kapal berbendera Malaysia yang dibajak kelompok Abu Sayyaf, kini dalam kondisi sehat.
Menurut penuturan Retno, Konsulat RI di Tawau telah melakukan pertemuan dengan tiga WNI pada 3 April 2016 untuk memastikan kesehatan mereka.
Pihak Konsulat juga menyampaikan perlindungan kekonsuleran yang diberikan oleh Konsulat RI di Tawau.
"Kami sudah pastikan tiga WNI tersebut dalam kondisi sehat," ujar Menteri Retno saat memberikan keterangan pers di Gedung Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Selasa (5/4/2016).
"Konsulat RI sudah bertemu dengan mereka untuk menyampaikan jaminan perlindungan," kata dia.
Lebih lanjut ia menjelaskan, tiga WNI tersebut sampai saat ini masih berada di Tawau. Ini untuk memberikan keterangan kepada pihak keamanan Malaysia.
Keterangan tiga WNI itu diharapkan akan membantu investigasi yang sedang dilakukan dalam proses pencarian dan pembebasan empat ABK Malaysia.
"Konsul RI Tawau sejak awal berita diterima sudah koordinasi dengan otoritas setempat dan akan memberikan bantuan yang diperlukan," ucapnya.
Selain itu Retno juga menjelaskan bahwa ketiga WNI tersebut merupakan anak buah kapal dari kapal tunda (tug boat) berbendera Malaysia, "Massive 6", yang menjadi korban pembajakan.
Pembajakan oleh kelompok Abu Sayyaf terjadi di perairan Ligitan pada Jumat (1/4/2016) sekitar pukul 18.15 WIB waktu setempat.
(Baca: Kelompok Abu Sayyaf Bajak Kapal Malaysia, Empat Orang Diculik)
Namun, tiga orang WNI itu kemudian dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf. (Baca: Kapal Malaysia Dibajak Abu Sayyaf, Tiga WNI Dibebaskan)
Dalam kapal yang dibajak tersebut, terdapat total sembilan orang ABK. Awak kapal terdiri dari empat orang warga negara Malaysia; dua orang warga negara Myanmar dan tiga orang WNI.
Dari sembilan ABK tersebut hanya empat orang yang diculik dan masih disandera. Seluruh ABK yang disandera adalah warga negara Malaysia.
Dua warga negara Myanmar dan tiga warga negara Indonesia, kemudian diselamatkan oleh otoritas Malaysia.