JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melaporkan perkembangan upaya pembebasan 10 warga negara Indonesia dari kelompok Abu Sayyaf di Filipina kepada Presiden Joko Widodo di Istana, Senin (4/4/2016).
"Sudah saya sampaikan ke Presiden, mohon maaf, untuk detailnya tidak dapat saya sampaikan di depan publik," ujar Retno di Istana, Senin.
Retno tak ingin pernyataan terbukanya mengubah sikap penyandera dan pada akhirnya merugikan Indonesia. (baca: Muslim atau Bukan, Tidak Penting bagi Abu Sayyaf)
Namun, pada intinya, pemerintah Indonesia terus berkoordinasi dengan pemerintah Filipina demi membebaskan 10 WNI yang ditawan di sana. (baca: Indonesia Tidak Pernah Kalah Melawan Pembajakan)
"Sekali lagi, keselamatan ABK menjadi acuan utama dari semua opsi yang masih terbuka ini," ujar dia.
Peristiwa itu diawali saat kapal Tund Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 tengah membawa 7.000 ton batu bara dari Sungai Puting di Kalimantan Selatan menuju Batangas kawasan Filipina Selatan. (baca: Kapal Malaysia Dibajak Abu Sayyaf, Tiga WNI Dibebaskan)
Karena membawa ribuan ton batu bara, kecepatan mereka hanya 4 knots. Tiba-tiba, kapal itu dicegat dari sebelah kanan oleh orang tak dikenal bersenjata. Mereka pun dibawa ke Filipina.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memastikan, pelaku penyanderaan itu adalah kelompok teroris di Filipina, Abu Sayyaf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.