Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Parpol Gabung Pemerintah, "Obesitas Kekuasaan" Dikhawatirkan Muncul

Kompas.com - 13/01/2016, 15:53 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto, menilai Presiden Joko Widodo justru akan terbebani jika semakin banyak partai yang masuk ke dalam pemerintahan.

Koalisi yang semakin gemuk, kata Gun Gun, tidak lantas akan menjamin pemerintahan yang semakin kuat.

"Saya sih berharap jangan semua masuk pemerintahan. Karena Jokowi juga akan dibingungkan dengan pola hubungan yang sangat obesitas kekuasaan," tutur Gun Gun saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu (13/1/2016).

Gun Gun menambahkan, Jokowi harus dapat membaca situasi politik tersebut. Ini perlu diperhatikan, terutama jika partai oposisi yang bergabung nantinya meminta jatah kursi di pemerintahan.

"Kecuali dia masuk mendukung pemerintah tanpa bargaining (tawar) jabatan strategis. Tapi saya enggak yakin," ujar Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta itu.

Sementara itu, Pakar Politik dan Ilmu Pemerintahan LIPI, Siti Zuhro menilai, ada kecenderungan Jokowi ingin memperbesar koalisi karena melihat satu tahun kepemimpinannya kurang efektif.

Hal tersebut terlihat dari sistem presidensial yang kurang didukung parlemen untuk memperlancar kinerjanya. Karena itu, lanjut Siti, jawabannya adalah melalui kekuatan politik.

Namun, senada dengan Gun Gun, Siti menilai koalisi yang semakin besar justru tak ideal. Menurut dia, tak ada korelasi positif antara besarnya koalisi dengan kinerja pemerintahan.

Siti menambahkan, seharusnya Jokowi belajar dari pengalaman presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono, yang menerapkan politik harmoni.

"Politik harmoni seperti Pak SBY bagus untuk sesaat. Koalisi yang warna warni itu ternyata juga membuat Pak SBY jadi rumit," tutur Siti.

Lebih dari satu tahun berjalannya pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, hanya Gerindra yang masih konsisten dan belum memperlihatkan tanda-tanda akan bergabung dengan pemerintah.

Terakhir, Partai Golkar hasil Munas Bali yang dipimpin Aburizal Bakrie menyatakan opsinya untuk bergabung ke pemerintahan. 

Partai Persatuan Pembangunan kubu Djan Faridz juga sudah menyatakan keinginannya untuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK, dan tidak bergabung dengan KMP ataupun KIH. 

Partai Keadilan Sejahtera juga menunjukkan indikasi merapat dengan menemui Presiden Jokowi di Istana.

PKS dinilai mulai tak sejalan dengan KMP dalam sidang kasus pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden. Kasus ini akhirnya membuat politisi Golkar, Setya Novanto, yang duduk sebagai Ketua DPR mundur dari jabatannya.

Adapun Partai Amanat Nasional sudah sejak September lalu menyatakan bergabung dengan pemerintahan.

Meski menyatakan tak keluar dari KMP dan bergabung ke KIH, sikap PAN di parlemen selalu sejalan dengan parpol pendukung pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah Presidential Club, Prabowo: Enggak Usah Bikin Club, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com