Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Salim Kancil, Potret Suara Masyarakat yang Diabaikan

Kompas.com - 09/11/2015, 16:33 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa pembunuhan Salim Kancil di Lumajang, Jawa Timur terkait penambangan pasir dianggap sebagai puncak dari ketidakberesan penerbitan izin.

Menurut pengacara publik dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Wahyu Nandang Herawan, masyarakat kerap tak dilibatkan dalam proses perizinan itu sehingga terjadi penolakan.

"Ini jelas bahwa ada ketidaktaatan pengusaha. Ada mekansime-mekanisme perizinan yang tidak dilakukan terkait peran serta masyarakat. Misalnya di Lumajang,"  kata Wahyu di Kantor LBH Jakarta, Senin (9/11/2015).

Padahal, seharusnya masyarakat turut dilibatkan. Menurut dia, keterlibatan masyarakat bisa dilakukan dalam sesi public hearing terutama dalam kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).

Akan tetapi, yang selama ini terjadi, masyarakat hadir justru tidak menyuarakan keluhan masyarakat. 

"Kalau pun hadir, itu masyarakat yang pro. Dan masyarakat yang sudah dibayar. Sebenarnya ini yang menjadi gejolak konflik," ujar dia.

Wahyu menuturkan, kejadian-kejadian tambang di daerah lain misalnya di Kalimantan atau Jepara, masyarakat kali tidak memiliki kekuatan untuk protes tentang adanya pengerukan dan pengrusakan lingkungan. 

Bahkan, apabila kasus itu bisa dibawa ke meja hijau, masyarakat juga tak bisa mengontrol independensi hakim.

"Tentu kalah. Karena masyarakat tidak punya bargain apa pun. Siapa yang punya uang, dia yang punya pengaruh dan memenangkan itu, " ungkap Wahyu.

Lebih lanjut, Wahyu meminta agar kasus Salim Kancil di Lumajang bisa segera dituntaskan. Pasalnya, kasus ini jika tak dituntaskan akan berimbas pada kasus-kasus lainnya. 

"Walaupun ini di daerah, penting untuk bagaimana mengungkap semuanya karena terjadi juga di daerah-daerah yang lain. Kalau tidak dituntaskan akan berakibat pada kasus-kasus yang lain," tutur Wahyu.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Nasional
Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com