Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Mus Harap "Budaya Jadi Panglima" dalam Kepemimpinan Indonesia

Kompas.com - 05/11/2015, 03:43 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Tokoh agama sekaligus budayawan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus mengingatkan para pejabat-pejabat Indonesia untuk lebih dekat dengan kesenian.

Sebab kesenian dapat menjadikan seseorang lebih lembut ditengah maraknya budaya saling "bully" saat ini.

Hal tersebut dituturkan Gus Mus saat menghadiri pembukaan pameran lukisan "The People In 70 Years" di OHD Museum Kota Magelang, Jawa Tengah, Selasa (4/11/2015) malam.

"Kesenian itu perlu sekali, apalagi sekarang hampir di media sosial kita temui macam-macam orang seperti apa. Bagaimana mereka berinteraksi dengan manusia lain, saling bertentangan, saling mem-bully, saling fitnah," ujar Gus Mus.

"Saya kira kalau seseorang dekat dengan kesenian, maka tidak akan seperti itu," ujarnya.

Gus Mus mengungkapkan kekagumannya terhadap presiden pertama RI, Soekarno, yang begitu mengapresiasi kesenian. Soekarno dinilai sebagai sosok pemimpin yang mau belajar kesenian dan mengenal baik dengan banyak seniman lukis Indonesia.

Rais Syuriah PBNU ini memandang seni budaya di Indonesia tidak pernah menjadi sesuatu hal yang penting, berbeda dengan dengan politik dan ekonomi yang selalu duduk menjadi 'panglima' di negara ini.

"Era presiden Soekarno 'panglimanya' politik, era Soeharto diganti 'panglimanya' ekonomi kapitalis, Soeharto lengser politik kembali jadi 'panglima'. Ini ndak kreatif, kenapa tidak budaya yang jadi 'panglima'?," tuturnya.

Lebih lanjut, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang ini mengatakan bahwa dunia seni rupa adalah dunia yang tidak pernah berubah meski waktu terus berjalan dan pelaku yang berbeda-beda.

Seni rupa 'istiqomah' dalam membela dan berpihak pada rakyat.

Sementara itu, dalam pameran lukisan yang bertajuk "Then People In 70 Years" itu sebanyak 150 karya seni rupa dari ratusan maestro seni rupa Indonesia dipamerkan. Misalnya, karya Affandi, S Sudjojono, Hendra Gunawan, Raden Saleh dan sebagainya.

Seluruh lukisan tersebut merupakan hasil koleksi Oei Hong Djien (OHD) yang diseleksi oleh kurator Jim Supangkat.

Mayoritas lukisan bertema tentang kemasyarakatan.

"Perkembangan seni rupa Indonesia sejak awal abad ke-20 sampai kontemporer, tema kemasyarkatan relatif tidak pernah hilang," kata Jim Supangkat.

"Hal ini tergambar dari pameran ini yang menunjukkan keeratan hubungan antara perkembangan seni rupa Indonesia dengan sejarah Indonesia," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com