Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Siang di Setneg

Kompas.com - 06/10/2015, 15:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Kamis, 1 Oktober 2015, pukul 12.00 siang tepat, Sekretaris Kabinet Pramono Anung melakukan kontak lewat telepon genggamnya kepada wartawan Kompas. Ia mengingatkan tentang janji bertemu di ruangan di Gedung III Sekretariat Negara, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Pertemuan siang itu dibarengi dengan makan siang di ruang kerjanya. Menunya cukup lumayan, nasi putih, urap, sayur bayam, kacang panjang, taoge dan kangkung rebus, tempe goreng, rendang daging sapi, ayam goreng, serta kikil.

Sambil makan dan berbincang-bincang, Pramono berkali-kali menerima telepon dari beberapa menteri dan pejabat pemerintah. "Bang Menko diharap datang dalam pertemuan nanti, ya. Kehadiran Anda dibutuhkan sekali," ujar Pramono kepada salah seorang menteri koordinator Kabinet Kerja.

Menurut Pramono, koordinasi antara dirinya dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki serta Menteri Sekretaris Negara Pratikno saat ini cukup lancar dan baik. "Komunikasi di antara para pejabat di dalam Istana saat ini semakin konsolidatif," ujarnya.

Sementara itu, kata Pramono, Presiden Joko Widodo sampai saat ini semakin giat bekerja. "Ia pekerja yang tangguh dan punya stamina bekerja yang memadai untuk bekerja 24 jam sehari," ujarnya.

Ketika berkunjung ke negara-negara di Timur Tengah belum lama ini, beberapa orang menteri tidak mampu mengikuti irama kerjanya. "Sampai ada yang tertidur di tempat duduknya ketika menunggu Presiden bekerja," kata Pramono.

Perbincangan di tengah makan siang itu beralih ke soal Kabinet Kerja saat ini. Setelah muncul gerakan jurus kepret sayap rajawali, apakah kabinet dan Presiden tetap baik-baik saja?

"Kami di kabinet tetap kompak dan terkonsolidasi. Kalau ada jurus kepret, itu perlu kita sikapi secara positif. Itu sebagai pengingat bagi kami di kabinet agar tidak lengah terhadap godaan. Itu sebagai terapi," kata Pramono.

Presiden saat ini memang pekerja keras, tetapi bagaimana kaitannya dengan urusan mata uang dollar Amerika Serikat yang nilainya semakin membubung tinggi dibandingkan dengan rupiah? "Iya, memang dollar terus melambung, tetapi itu faktor eksternal, Mas," ujar Pramono.

Dalam bedah buku tulisan Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Olly Dondokambey berjudul Membumikan Trisakti Melalui Nawacita di ruang wartawan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (2/10/2015), anggota DPR dari Partai Golongan Karya, Bambang Soesatyo, dengan tertawa riang mengecam pemerintahan Jokowi soal pemenuhan janji-janji dalam kampanye Pilpres 2014, termasuk naiknya nilai dollar AS . "Ini bukan soal eksternal saja, dollar meroket ke angkasa, tetapi juga karena kepercayaan kepada pemerintah merosot tajam," kata Bambang. (J Osdar)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Oktober 2015, di halaman 2 dengan judul "Makan Siang di Setneg".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Nasional
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Nasional
Kontroversi Usulan Bansos untuk 'Korban' Judi Online

Kontroversi Usulan Bansos untuk "Korban" Judi Online

Nasional
Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Nasional
MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com