Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Kritik Lokasi dan Pengkajian Teknologi BPPT

Kompas.com - 11/08/2015, 00:12 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan kajian yang tepat sasaran. Ia berharap setiap kajian yang dihasilkan BPPT bisa diterapkan dengan baik sehingga menghasilkan keuntungan bagi negara.

"Untuk apa BPPT ini berkantor di tengah kota? Apa yang dikaji di Thamrin ini? Kalau mau kaji, pergi lah ke Serpong, daerah industri. Kalau di Thamrin, apa yang dikaji?" kata Kalla di hadapan pegawai di Kantor BPPT ketika menghadiri penandatanganan nota kesepahaman BPPT dengan Pertamina dan Kementerian ESDM, Senin (10/8/2015).

Menurut Kalla, penerapan teknologi merupakan salah satu kunci suksesnya pembangunan. Wapres mencontohkan Singapura yang rata-rata pendapatan warganya mendekati 50.000 dollar Singapura per orang per tahun.

Dengan sumber daya alam yang tidak terbatas jika dibandingkan dengan Indonesia, Singapura bisa menjadi negara maju berkat penerapan ilmu dan teknologi.

"Dia (Singapura) tidak punya apa-apa tetapi dia punya ilmu yang diterapkan. Kita mungkin kaji terus tetapi tidak pernah kita jalankan. Belum tentu lagi mengkajinya bagus betul," tutur Kalla.

Wapres juga menyampaikan bahwa ke depannya pemerintah akan lebih memberdayakan para ahli BPPT, terutama dalam menyusun rancang bangun proyek infrastruktur. Menurut dia, ilmu yang dimiliki para ahli BBPT akan luntur jika tidak pernah dipakai. Apalagi, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Kalla menyebut BPPT sebagai salah satu lembaga dengan potensi besar namun efektivitasnya masih kurang.

"Tapi ini bukan salah Anda, tetapi (salah) pemerintah yang tidak memberikan arahan yang efektif, arah yang keras kepada BBPT dan Bappenas," ujar Kalla.

Kalla tidak ingin BPPT hanya menjadi sekadar lembaga sertifikasi teknologi ketika pemerintah hendak mengadakan barang atau jasa. Kurangnya anggaran sedianya tidak menjadi alasan bagi BPPT untuk kurang melakukan penelitian.

"Penelitian kan tidak semuanya perlu biaya besar," sambung Kalla.

Dalam kesempatan ini Wapres juga menyampaikan rencana pemerintah mengubah kelembagaan BPPT menjadi badan layanan umum dari semula lembaga non kementerian. Dengan berbentuk BLU, kinerja BBPT diharapkan lebih berorientasi kepada hasil.

Di samping itu, BPPT bisa lebih fleksibel mengikat kontrak untuk kerjasama proyek sehingga memberikan pemasukan lebih. Dengan demikian, tenaga para ahli BBPT bisa lebih dihargai.

"Kita harus menyamakan (honor) dengan profesional dan ilmuwan asing (bukan seperti honor PNS),” kata Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com