JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan dukungannya pada rencana Regio Aviasi Industri membuat pesawat R80. Meski ditangani pihak swasta, Saleh menyatakan pemerintah akan memberikan dukungan supaya rencana pembuatan pesawat itu terwujud.
"Kita lihat memang kita butuhkan alat transportasi baik laut maupun udara. Ini kan R80 untuk kapasitas 80 seat, saya kira apa yang dilakukan itu kita akan men-support supaya terwujud," kata Saleh, di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (15/4/2015).
Saleh mengungkapkan, pemerintah akan melakukan komunikasi mendalam dengan pihak yang akan membuat pesawat tersebut. Ia pastikan pemerintah mendukungnya, karena sarana transportasi itu diperlukan untuk menghubungkan wilayah kepulauan di Indonesia bagian timur.
"Apa yang dirintis itu dibutuhkan oleh kita. Apalagi kapasitas 80 penumpang. Menurut engineer yang datang pada kami, itu tipe yang dianggap cukup mutakhir," ujarnya.
Pada Senin (13/4/2015), Presiden ketiga RI BJ Habibie memperkenalkan rancangan pesawat baru yang akan digarap oleh Regio Aviasi Industri. Pesawat itu dinamakan R80. Untuk membuat pesawat ini, Habibie meminta bantuan kepada Presiden Joko Widodo.
"Yang kami butuhkan adalah dukungan pemerintah untuk financing bagian Indonesia. Bagian swasta dan luar negeri, mereka akan ikut kalau dari pemerintah ikut menyumbang dalam arti mengatakan 'silakan' karena industri pesawat terbang seperti Boeing dan Airbus dapat bantuan yang sama," ujar Habibie.
Habibie memaparkan kehebatan dari R80. Menurut dia, pesawat yang digerakkan oleh baling-baling memiliki kelebihan seperti mampu mengangkut penumpang dalam jumlah banyak, yakni antara 80-90 orang, waktu berputar yang singkat, hemat bahan bakar, dan perawatan yang mudah. Habibie menyebut bahwa pesawat ini nantinya tidak kalah hebatnya dibandingkan Boeing 777.
Pesawat R80, lanjut dia, sangat tepat digunakan untuk tipe bandara sedang yang banyak ada di Indonesia. Saat ini, pengerjaan R80 baru dalam tahap desain awal. Regio Aviasi di mana Habibie menjadi pendiri sekaligus pemiliknya sudah melakukan studi di Amerika Serikat.
"Diharapkan pada tahun 2019 sudah mulai mengudara apabila ada bantuan pemerintah," kata Habibie.
Meski secara fisik pesawat ini belum dibuat, tetapi Regio Aviasi sudah mulai mendapat pesanan terutama maskapai penerbangan komersial dalam negeri. Manager Marketing Regio Aviasi Industri Wuri Rejeki menyebutkan, saat ini sudah tiga perusahaan yang menandatangani letter of intent (LoI), yakni Nam Air untuk pemesanan 100 unit, Kalstar (25 unit), dan Trigana Air (20 unit).
Menurut Wuri, pesawat ini menarik minat maskapai penerbangan dalam negeri karena kecepatan yang dimiliki lebih baik dibandingkan propeller yang ada saat ini. Diharapkan dengan kecepatan lebih baik, maka pesawat bisa menambah frekuensi perjalanan yang dilakukan. Wuri berharap pemerintah bisa membantu industri penerbangan saat ini, termasuk dalam membuat pesawat asli buatan Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.