Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BIN Ungkap 16 WNI yang Ditahan di Turki Hartanya Sudah Habis

Kompas.com - 17/03/2015, 14:28 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengatakan bahwa deportasi terhadap 16 warga negara Indonesia (WNI) yang ditahan di Turki merupakan solusi terbaik. Ia mengatakan, upaya untuk mendeportasi itu terus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.

Marciano menjelaskan, mendeportasi 16 WNI yang ditahan di Turki akan membuat Pemerintah Indonesia lebih mudah mendalami motif keberangkatan mereka ke negara tersebut meski di sisi lain opsi mendeportasi itu juga ia anggap akan menyisakan masalah.

"Opsi paling bagus untuk kita ya dideportasi ke sini sehingga kita bisa kembangkan," kata Marciano, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (17/3/2015).

Masalah yang tersisa, kata Marciano, adalah kelangsungan hidup 16 WNI itu ketika kembali ke Indonesia. Pasalnya, semua harta benda yang dimiliki di Indonesia telah habis dijual untuk modal mencari kehidupan di luar negeri.

"Mereka sudah menjual segalanya di sini untuk cari kehidupan yang lebih baik di negara lain," ujarnya.

Ia melanjutkan, ada dua kelompok WNI yang memutuskan pergi ke negara-negara di Timur Tengah. Pertama adalah karena ingin bergabung dengan kelompok radikal dan kedua karena alasan ekonomi.

"Yang motifnya murni ekonomi, yang bekerja di sana sebagai pembantu rumah tangga dan sebagainya," ungkap Marciano.

Aparat keamanan Turki telah menahan 16 WNI yang mencoba menyeberang ke Suriah. Demikian penjelasan juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Kamis (12/3/2015). Ke-16 WNI tersebut terdiri dari tiga keluarga.

Rute yang mereka tempuh untuk menuju Suriah biasa digunakan para simpatisan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah ke-16 WNI itu hendak bergabung dengan ISIS atau tidak.

Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti menegaskan bahwa penahanan 16 WNI yang dilakukan otoritas Turki adalah kasus baru. Badrodin mengatakan bahwa 16 WNI ini bukanlah 16 WNI yang dilaporkan hilang saat melakukan tur ke Turki beberapa waktu lalu.

"Dua-duanya 16 ini. Jadi, pertama, 16 yang pakai Smailing Tour, dan sekarang ada 16 lagi," kata Badrodin.

Dia menyebutkan, 16 WNI yang hilang saat melakukan tur ke Turki hingga kini masih belum ditemukan. Sementara itu, 16 WNI yang ditahan di Turki, sebut dia, masih dilakukan penyelidikan terhadap identitas dan asalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Nasional
Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Nasional
Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Nasional
[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Nasional
Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com