Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budi Waseso Jadi Calon Kapolri Dikritik, Ini Tanggapan Kompolnas

Kompas.com - 07/02/2015, 11:29 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Berbagai pihak mengkritik langkah Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang memasukkan Komjen Budi Gunawan dalam bursa calon kapolri. Nama Budi dan tiga perwira tinggi Polri lainnya akan diajukan Kompolnas jika diminta Presiden Joko Widodo.

Bagaimana tanggapan pihak Kompolnas? Komisioner Kompolnas Edi Saputra Hasibuan mengatakan, nama-nama yang diajukan oleh Kompolnas hanya rekomendasi kepada Presiden.

"Saya kira wajar saja yang lain memberikan tanggapan, artinya masyarakat mau memberi pandangannya," ujar Edi saat dihubungi, Sabtu (7/2/2015).

Edi mengatakan, penolakan sejumlah pihak akan dijadikan bahan pertimbangan oleh Kompolnas untuk melengkapi penilaian terhadap para calon kapolri yang akan diajukan ke Jokowi. Lagi pula, kata Edi, sejumlah nama tersebut baru akan diserahkan jika ada permintaan dari Jokowi. (Baca: Kontras Nilai Budi Waseso Tak Layak Diajukan Jadi Calon Kapolri)

"Ini berguna bagi kami. Ini kan belum final, masih menunggu apakah Presiden butuh masukan (dari Kompolnas)," kata Edi. (Baca: Dari Semua Calon Kapolri, Hanya Budi Waseso yang Belum Laporkan Harta Kekayaan)

Menurut Edi, alasan Kompolnas mengusung Budi sebagai kandidat karena telah memenuhi syarat administratif. Kompolnas, kata Edi, juga melihat banyak potensi dan prestasi yang dimiliki Budi sehingga layak dijadikan calon kapolri.

"Secara administrasi, Budi penuhi syarat. Kan dia sudah bintang tiga. Punya prestasi dan berintegritas bagus. Ini kan cuma pengusulan, kewenangan Presiden siapa yang dipilih," kata Edi.

Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala sebelumnya menyebutkan, dari empat kandidat calon kapolri yang akan diajukan, hanya Komjen Putut Eko Bayuseno dan Komjen Dwi Priyatno yang tidak memiliki persoalan. (Baca: Kompolnas Sebut Budi Waseso dan Badrodin Bermasalah untuk Jadi Kapolri)

Adrianus mengatakan, Kompolnas memiliki lima pertimbangan untuk menetapkan calon kepala Polri, yakni pangkat harus komjen, jabatan harus memimpin divisi di Polri, harus eselon I, belum akan memasuki masa pensiun dalam dua atau tiga tahun mendatang, pengalaman memimpin polda tipe B dan A, serta angkatan berdasarkan urutan dari kepala Polri sebelumnya.

"Dari lima indikator ini, hanya Dwi Priyatno dan Putut Eko Bayuseno yang masuk kriteria, sementara Badrodin dan Budi Waseso tidak," ujar Adrianus di kompleks Mabes Polri, Jumat (6/2/2015). (Baca: Ini Alasan Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Budi Waseso Jadi Calon Kapolri)

"Badrodin itu tidak memenuhi masa aktif di polisi. Harusnya minimal kan masa aktifnya dua atau tiga tahun, tetapi dia kalau enggak salah 17 bulan lagi pensiun. Namun, karena pertimbangan lainnya masuk, jadi tetap kami masukkan," lanjut Adrianus. (Baca: Budi Waseso Dicurigai Titipan Partai Gantikan Budi Gunawan)

Begitu juga dengan Budi Waseso, Adrianus mengatakan bahwa Budi sebenarnya tidak memenuhi kriteria pengalaman dalam memimpin kepolisian daerah tipe A. Budi diketahui hanya pernah menjabat sebagai kepala polda tipe B, yakni Gorontalo.

Namun, kata Adrianus, karena kriteria yang lainnya sesuai, maka Budi pun lolos menjadi calon kepala Polri. (Baca: Baru Jabat Kabareskrim, Budi Waseso Mengaku Siap Jadi Kapolri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com