Pencarian pun akan berlanjut pada Rabu (31/12/2014), dengan fokus pencarian yang akan bergeser mendekati Pulau Kalimantan. Badan SAR Nasional—pemimpin upaya pencarian pesawat ini—menyebut area pencarian itu sebagai Sektor V.
"Prinsip kami ASAP, as soon as possible. Kami kerja secepatnya. Untuk itu, kekuatan penuh akan kita berikan," ucap Moeldoko. (Baca: Besok Pagi, 47 Penyelam Bantu Angkat Jenazah Korban Pesawat AirAsia QZ8501). Kapal berperalatan sonar juga akan dikirim ke kawasan ini.
Sementara itu, tim disaster victim identification (DVI) dari Polda Jawa Timur mulai mengumpulkan data antemortem para penumpang dan kru pesawat itu. Data ini diperlukan untuk proses identifikasi yang kemungkinan harus dilakukan, menyusul penemuan sejumlah jenazah di lokasi yang berdekatan dengan temuan serpihan bagian pesawat.
"Pengumpulan data antemortem ini juga mengumpulkan ciri fisik korban, seperti DNA, sidik jari, air liur, hingga kotoran telinga dari keluarga terdekat, seperti saudara, ayah, atau ibu," kata Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Polisi Budiyono, Selasa petang.
Seluruh temuan dari pencarian di laut akan diangkut terlebih dahulu ke crisis center di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, melalui Pelabuhan Kumai, menggunakan helikopter. Semua temuan, baik barang maupun korban, akan dikirim ke Surabaya, yang menjadi pusat penanganan krisis.
Dalam siaran pers-nya, AirAsia Indonesia memastikan, serpihan yang ditemukan pada Selasa siang adalah bagian dari AirAsia QZ8501 yang hilang pada Minggu pagi. Lokasi penemuan serpihan berada sekitar 110 mil laut di barat daya Pangkalan Bun, di Selat Karimanta.
Selain tiga jenazah yang sudah dipastikan telah ditemukan oleh Basarnas, keberadaan pesawat berikut penumpang dan kru lain di dalamnya belum diketahui. Saat hilang, pesawat ini mengangkut 155 penumpang dan 7 kru.
Sampai saat ini, pencarian telah melibatkan setidaknya 16 helikopter, 14 pesawat, 12 kapal, dan sejumlah kapal cepat dari beragam instansi di sekitar kawasan pencarian. Pencarian QZ8501 melibatkan pula tim dari luar negeri, seperti dari Malaysia, Singapura, Australia, dan Korea Selatan. Kapal dari Amerika Serikat juga sudah dalam perjalanan untuk turut mencari pesawat ini.
CEO AirAsia Tony Fernandes menolak menduga-duga penyebab insiden yang menimpa QZ8501. Dia tak mau berspekulasi tentang apa yang terjadi atas pesawat ini. "Saat ini biar fokus pada pencarian korban, jangan dulu berbicara penyebab kecelakaan," tepis dia. (Baca: CEO AirAsia Tony Fernandes: Mari Fokus ke Korban).
Para pakar penerbangan dari beragam belahan dunia sependapat bahwa saat ini masih terlalu dini untuk memastikan apa yang terjadi atas pesawat tersebut. "Sebagai penyidik, saya dilatih untuk melihat segala kemungkinan sampai mendapatkan bukti," kata Anthony Brickhouse, asisten profesor di Embry-Riddle Aeronautical University, seperti dikutip AFP.
Pesawat Airbus A320-200 yang digunakan penerbangan tersebut dilengkapi dengan emergency locator transmitter (ELT), yang dirancang memunculkan sinyal darurat ketika terjadi kecelakaan. Dalam insiden ini, belum ada sinyal ELT yang terlacak, hingga Selasa malam.
Adapun data paling mendasar tentang apa yang terjadi di saat-saat terakhir pesawat ini mengudara hanya dapat diperoleh dari kotak hitam yang terpasang di dalam pesawat. Peralatan ini merekam percakapan di dalam kokpit dan data sistem penerbangan.
Menurut Gerry, pesawat AirAsia belum terdaftar dalam Aircraft Communication Addressing and Reporting System (ACARS), sekalipun sudah melengkapi diri dengan peranti untuk sistem tersebut. Dari insiden ini, Gerry menyatakan otoritas penerbangan Indonesia harus mendorong peningkatan penggunaan teknologi yang bisa membantu pencarian pesawat yang hilang.
Menurut sejumlah analisis, pesawat AirAsia QZ8501 hilang setelah gagal melewati awan kumulonimbus atau cumulonimbus (CB). Berdasarkan data yang diduga berasal dari salah satu menara kontrol lalu lintas penerbangan di bandara di Kalimantan—meski belum terkonfirmasi—kecepatan pesawat diduga tak mencukupi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.