Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Tsunami Aceh, Jusuf Kalla, dan Perintah Tembak Gembok Gudang Obat

Kompas.com - 26/12/2014, 09:07 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - 26 Desember 2004. "Astagfirullah, astagfirullah," kata Jusuf Kalla berkali-kali ketika mendengar kabar dari Sofyan Djalil, Menteri Komunikasi dan Informatika ketika itu, yang mengabarkan jumlah korban jiwa akibat tsunami Aceh mencapai ribuan orang. Sepuluh tahun yang lalu, Kalla selaku Wakil Presiden memimpin operasi tanggap darurat sekaligus rehabilitasi Aceh pasca tsunami. Korban jiwa akibat tsunami Aceh pada 2004 diperkirakan mencapai 160.000 jiwa.

Kisah Kalla dalam mengatasi korban tsunami Aceh kembali diceritakan penulis Fenty Effendy dalam karyanya yang berjudul "Ombak Perdamaian" terbitan Kompas Penerbit Buku.

Saat itu, sore hari, Kalla menelepon Susilo Bambang Yudhoyono yang ketika itu menjabat presiden. Ia lalu menyampaikan akan berangkat ke Aceh untuk melihat langsung kondisi di sana. SBY pun mempersilakan Kalla untuk berangkat.

Malam harinya, Kalla langsung memimpin rapat darurat. Rapat hanya dihadiri enam menteri dan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Ketika itu, sebagian besar menteri Kabinet Indonesia Bersatu tengah mendampingi Presiden berkunjung ke Nabire, sisanya, tengah dinas ke luar kota dan ada yang melakukan kunjungan luar negeri.

Dalam rapat itu lah laporan Sofyan Djalil mengenai korban jiwa tsunami Aceh didengar Kalla.

"Pak, jumlah korban meninggal diperkirakan ribuan orang," kata Sofyan, seperti yang ditulis dalam buku Ombak Perdamaian.

Mendengar kabar itu, Kalla terus mengucapkan istighfar sambil mengusap wajahnya berkali-kali. Sejumlah menteri tampak tertunduk. Keheningan pun menyapu ruang rapat malam itu.

Pada halaman depan buku Ombak Perdamaian, Kalla disebut langsung memerintahkan para menteri untuk bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Ketika itu, tulis Fenty, persediaan obat-obatan hanya sekitar delapan ton. Sementara, dengan jumlah korban jiwa yang mencapai ribuan orang, menurut laporan Sofyan, pemerintah membutuhkan stok 12 ton obat-obatan untuk disalurkan.

"Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, malam ini kumpulkan semua obat yang ada di Jakarta untuk segera angkat ke sana dengan Hercules yang telah disiapkan Panglima TNI. Harus berangkat pukul lima pagi," kata Kalla.

Seorang perwakilan Kementerian Kesehatan tak langsung mengiyakan perintah Kalla. "Tapi kan sudah tengah malam Pak, semua gudang dan tempat penyimpanan barang sudah terkunci dan pemegang kuncinya kami tidak tahu di mana," kata perwakilan Kementerian Kesehatan itu.

"Plok!" suara meja ditepuk Kalla.

Ia geram dan tak habis pikir dengan jawaban perwakilan Kementerian Kesehatan tersebut. Pria yang akrab disapa JK ini lalu memerintahkan pihak Kementerian Kesehatan untuk mencari cara apa pun membuka gembok gudang obat-obatan.

"Tak usah cari yang pegang kunci gembok, ambil pistol, tembak gembok itu. Tidak ada lagi aturan tentang tata cara membuka gudang sekarang ini, yang ada hanyalah kerja untuk selamatkan yang masih hidup," kata Kalla.

Ia lalu memerintahkan perwakilan Kementerian Sosial untuk menyediakan uang tunai yang akan dibelikan makanan di Medan kemudian diangkut ke Aceh. Namun, permintaan Wapres ini lagi-lagi tak langsung disanggupi.

"Masalahnya Pak, kami tidak mudah mengeluarkan uang tunai karena ada proses dan mekanismenya," kata seorang Dirjen Kementerian Sosial.

Kalla pun kembali geram, "Plok," ia kembali menepuk meja di ruang rapat.

"Keluarkan uang tersebut malam ini dan bawa besok pagi-pagi ke Medan. Di sana Saudara beli mi dan langsung bawa ke Aceh. Saya adalah Wapres dan saudara adalah pegawai negeri. Saudara jalankan perintah ini, saya yang bertanggung jawab atas segala persoalan yang akan timbul kemudian hari. Saya yang masuk penjara, bukan Saudara. Kalau Saudara tetap menolak perintah ini, maka letakkan jabatan Saudara sekarang juga," tukas Kalla.

Mendekati pukul 22.30 WIB, 26 Desember 10 tahun lalu, Kalla membubarkan rapat. Masing-masing menteri membawa pulang pekerjaaan rumah untuk dituntaskan keesokan hari, termasuk Menteri Keuangan Jusuf Anwar yang diminta menyiapkan uang tunai Rp 10 miliar. Subuh keesokan harinya, Kalla terbang ke Aceh dengan membawa obat-obatan dan uang tunai Rp 6 miliar dalam peti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' hingga Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" hingga Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com