Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalihan Subsidi BBM untuk Lancarkan Program Nawacita

Kompas.com - 18/11/2014, 11:41 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi PDI Perjuangan, Aria Bima, mengatakan bahwa ruang fiskal yang dimiliki Indonesia saat ini tidak cukup mampu menopang rencana pembangunan Nawacita seperti yang diinginkan Presiden Joko Widodo. Oleh karena itu, pemerintah terpaksa menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi untuk menutup kekurangan ruang fiskal tersebut.

"Ibaratnya, kita mundur sedikit untuk melompat lebih jauh. Untuk mewujudkan Nawacita saat ini memang tidak ada anggarannya," kata Aria di Kompleks Parlemen, Selasa (18/11/2014).

Aria memahami bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi tentu akan berdampak besar bagi masyarakat kecil. Sejumlah harga komoditas akan merangkak naik seiring kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut. Aria meminta agar masyarakat bersabar karena pemerintah telah menyiapkan sebuah rencana pembangunan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Pasti kenaikan harga ini akan meningkatkan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok secara atraktif," ujarnya.

Pemerintah menetapkan harga premium dari Rp 6.500 per liter menjadi Rp 8.500 per liter dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500. Subsidi itu akan dialihkan ke sektor produktif, antara lain membiayai infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan (baca: Jokowi Tetapkan Harga Premium Rp 8.500 dan Solar Rp 7.500).

Program Nawacita terdiri dari sembilan program yang akan menjadi fokus pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Program itu meliputi pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih, membangun Indonesia dari pinggiran, reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, meningkatkan produktivitas dan daya saing, mewujudkan kemandirian ekonomi, revolusi karakter bangsa, serta memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia (baca: Pemerintahan Jokowi Punya Rp 180 Triliun untuk Realisasikan Program Nawacita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com