Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LMND Sarankan Pemerintah Naikkan Pajak ketimbang Naikkan Harga BBM

Kompas.com - 17/11/2014, 18:58 WIB

MALANG, KOMPAS.com —Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) Kota Malang, Jawa Timur, menyarankan agar pemerintah lebih memilih kebijakan menaikkan pajak dan mengurangi impor kendaraan roda dua atau sepeda motor daripada menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Ketua Eksekutif LMND Kota Malang Melyusti Kabkorle di Malang, Senin, mengatakan, seharusnya pemerintah mencari kebijakan alternatif selain menaikkan harga bahan bakar minyak. Sebab, jika harga BBM dinaikkan, hal itu akan berdampak sangat luas dan menyusahkan rakyat kecil.

"Jika harga BBM dinaikkan, secara otomatis, harga kebutuhan pokok akan naik, bahkan sekarang ini sejumlah komoditas pangan harganya mulai merangkak naik. Selain itu, banyak usaha kecil menengah (UKM) yang bangkrut dan akan terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan sehingga pengangguran di mana-mana," ujar Melyusti di sela-sela unjuk rasa di halaman DPRD Kota Malang.

Ia mengatakan, pemerintah saat ini sedang membodohi rakyat dengan menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) berdasarkan asumsi harga minyak dunia sebesar 105 dollar AS per barrel, padahal harga minyak dunia sekarang ini turun menjadi 80 dollar AS. Namun, kenapa pemerintah justru berencana menaikkan harga BBM?

Selain itu, ujarnya, rencana pemerintah mengundang dan mendatangkan investor asing juga merupakan bukti bahwa Presiden Joko Widodo adalah antek neolib. Padahal, ketika kampanye, ia berjanji akan prorakyat, tetapi sekarang kebijakannya justru menyengsarakan rakyat.

Belasan mahasiswa yang menggelar unjuk rasa tersebut juga mengusung poster menolak kenaikan harga BBM. Poster tersebut di antaranya berbunyi, "Cabut UU 22/2001 tentang Migas, Naikkan Pajak Kendaraan Pribadi, dan Kurangi Impor Kendaraan".

Di sela-sela unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM tersebut, belasan mahasiswa yang tergabung dalam LMND itu juga menyesalkan tindakan represif anggota kepolisian di Makassar yang memilih jalur kekerasan untuk menghentikan demonstrasi mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM dan penahanan beberapa aktivis mahasiswa.

"Kami juga minta agar sepuluh aktivis mahasiswa yang diamankan pihak kepolisian pada saat unjuk rasa segera dibebaskan," ujar Melyusti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

Kasus BTS 4G, Eks Anggota BPK Achsanul Qosasi Dituntut 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta

Nasional
Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandag Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

Kemensos Gelar Baksos di Sumba Timur, Sasar ODGJ, Penyandag Kusta dan Katarak, hingga Disabilitas

Nasional
Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku Bagi Mahasiswa Baru

Nadiem Tegaskan Kenaikan UKT Hanya Berlaku Bagi Mahasiswa Baru

Nasional
Eks Penyidik Sebut Nurul Ghufron Seharusnya Malu dan Mengundurkan Diri

Eks Penyidik Sebut Nurul Ghufron Seharusnya Malu dan Mengundurkan Diri

Nasional
Jokowi dan Iriana Bagikan Makan Siang untuk Anak-anak Pengungsi Korban Banjir Bandang Sumbar

Jokowi dan Iriana Bagikan Makan Siang untuk Anak-anak Pengungsi Korban Banjir Bandang Sumbar

Nasional
Prabowo Beri Atensi Sektor Industri untuk Generasi Z yang Sulit Cari Kerja

Prabowo Beri Atensi Sektor Industri untuk Generasi Z yang Sulit Cari Kerja

Nasional
Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

Nasional
Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

Nasional
ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

Nasional
Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

Nasional
Reformasi yang Semakin Setengah Hati

Reformasi yang Semakin Setengah Hati

Nasional
Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat 'Geo Crybernetic'

Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat "Geo Crybernetic"

Nasional
Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

Nasional
ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com