Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timses Jokowi: Bahaya, Prabowo Ingin Seret Indonesia ke Konflik Laut Tiongkok Selatan

Kompas.com - 24/06/2014, 16:58 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Sekretaris Tim Sukses pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Andi Wijayanto, menyatakan bahwa sikap calon presiden Joko Widodo (Jokowi) sejalan dengan sikap pemerintah saat ini yang tidak masuk dalam konflik Laut Tiongkok Selatan. Andi menilai berbahaya sikap kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang menyeret Indonesia masuk dalam pusaran konflik itu.

"Posisi Prabowo dan timnya bahaya karena masuk ke perangkap negara lain yang menginginkan buka celah ada pembahasan batas wilayah Laut Tiongkok Selatan dalam sembilan garis putus-putus yang dibuat Tiongkok," ujar Andi dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Andi menjelaskan, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa sudah tujuh kali melayangkan surat protes kepada Beijing, tetapi tidak pernah digubris. Surat itu berisi protes Indonesia akan adanya sembilan garis putus-putus yang mencakup wilayah Natuna.

Indonesia, kata Andi, juga menyatakan sikap tidak mengakui garis tersebut. Menurut Andi, Tiongkok sengaja melemparkan peta sembilan garis putus-putus di Laut Tiongkok Selatan hanya untuk menjebak negara-negara yang masuk di dalamnya untuk bernegosiasi.

"Indonesia tidak mengakui itu. Sehingga supaya tidak terjebak, Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia tidak memiliki sengketa wilayah di Laut Tiongkok Selatan karena Indonesia tidak akui adanya garis apa pun. Tidak ada ruang bagi Tiongkok untuk menjebak kita," kata Andi.

"Analoginya, ini rumah kita. Ada tetangga yang menyatakan sebagian ini rumah dia. Apa kita mau negosiasi? Untuk apa negosiasi? Jelas-jelas ini punya kita," tambah Andi.

Sebelumnya, Menlu Marty Natalegawa mengamini pernyataan Jokowi terkait persoalan Laut Tiongkok Selatan bahwa Indonesia bukanlah pihak yang bertikai. (baca: Ini Tanggapan Menlu soal Laut Tiongkok Selatan Versi Prabowo dan Jokowi)

Dewan penasihat tim sukses Prabowo-Hatta, Akbar Tandjung, menilai, Jokowi kurang memahami persoalan konflik di Laut Tiongkok Selatan. Akbar mengatakan, Indonesia juga punya kepentingan dengan penyelesaian konflik tersebut. (baca: Disayangkan, Jokowi Tak Paham Persoalan Laut China Selatan)

Timses pasangan Prabowo-Hatta lainnya, Ahmad Yani, mengkritisi pemahaman Jokowi terkait batas letak geografis Indonesia. Dia berpendapat, Jokowi kurang memahami persoalan di wilayah perbatasan yang rawan menjadi persoalan Indonesia dengan negara lain. (baca: "Capres Kok Enggak Paham Letak Geografis")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com