Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra Tak Galau Meski Belum Dapat Teman

Kompas.com - 26/04/2014, 17:31 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Gerindra yang perolehan suaranya diprediksi berada di posisi ketiga terbesar belum resmi menggandeng partai manapun untuk berkoalisi dalam pemilihan Presiden 2014 Juli mendatang. Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon tak khawatir dengan langkah partai besar lain, seperti PDI-Perjuangan yang mulai merangkul rekan koalisi.

"Enggak ada (galau). Memang sekarang sudah ada (yang koalisi)? Satu pun kan belum ada. Koalisi itu nanti baru ditentukan ketika ketua umum dan sekjen mengusung di KPU, itu baru namanya koalisi resmi. Kalau ini namanya wacana koalisi," kata Fadli menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Sabtu (26/4/2014).

Menurut Fadli, mulai pekan depan, Gerindra akan lebih intensif menjalin komunikasi dengan beberapa partai politik. Selama ini, menurutnya, Gerindra belum terlihat merapat dengan partai manapun karena sebagian besar partai yang diajak berkoalisi masih menunggu perolehan kursi berdasarkan hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Partai Gerindra, lanjutnya, terus berkomunikasi dengan Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, dan beberapa partai lainnya. Komunikasi intensif akan kembali dilakukan setelah PPP mencapai islah atas konflik internal yang mendera partai tersebut.

"Secara umum sudah disampaikan setelah islah itu tetap membuka komunikasi politik dan kami juga segera menyambung silaturahmi lagi setelah ada islah di PPP. Kita hargai keputusan itu dan menurut saya out lah yang terbaik," ucap Fadli.

Menurutnya, masih tersisa waktu yang panjang bagi partai-partai untuk melakukan penjajakan dan komunikasi politik dalam membangun koalisi pilpres. Gerindra, katanya, merasa optimistis tidak ada masalah antara partai yang mengusung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden itu dengan partai-partai lain dalam hal komunikasi politik.

"Karena pada akhirnya saya kira mereka juga akan realistis bahwa yang akan dapat bertarung itu adalah mereka yang punya elektabilitas yang memadai," katanya.

Secara terpisah, pengamat politik dari Carta Politika Yunarto Wijaya menilai, Gerindra belum cukup modal untuk memimpin poros koalisi. Menurutnya, Gerindra baru memiliki calon presiden yang elektabilitasnya tinggi. Dia pun memperkirakan Gerindra bisa saja kehilangan kesempatan untuk memenuhi ambang batas pengajuan calon presiden. Apalagi, jika poros koalisi partai tengah terbentuk.

"Dia (Gerindra) belum menjadi partai besar yang cukup aman secara matematika politik untuk menjadi pemimpin poros koalisi, dan itu sangat bisa dimainkan dalam game politik, bahkan sampai level paling ekstrim, mereka menjadi tidak lolos," ucap Yunarto.

Selain Gerindra, dua partai yang perolehan suaranya diprediksi berada di posisi tiga besar mulai terlihat mesra dengan partai lain. Misalnya saja PDIP yang sepakat berkoalisi dengan Partai Nasdem. Contoh lainnya, Partai Golkar yang mulai dekat dengan PKS dan Partai Hati Nurani Bangsa.

Sebelumnya Wakil Ketua Umum Golkar Fadel Muhammad menyebut PKS dan Hanura setuju berkoalisi dengan Golkar. Namun, pernyataan Fadel tersebut dibantah Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di Dewan Perwakilan Rakyat Refrizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com