Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangani Kasus Korupsi, Polri Belajar dari KPK

Kompas.com - 13/03/2014, 20:43 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
– Kepala Bareskrim Polri Komjen Pol Suhardi Alius dan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan pertemuan di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (13/3/2014). Dalam pertemuan tersebut, Suhardi mengatakan, Bareskrim ingin meningkatkan kemampuan penyidiknya dalam menangani kasus tindak pidana korupsi. Ia berharap proses penanganan di Polri berjalan lebih cepat seperti yang dilakukan oleh KPK.

Menurut Suhardi, selama ini KPK cepat menyelesaikan penanganan kasus korupsi karena menerapkan sistem penanganan satu atap (one roof). Sistem ini, kata dia, mempercepat koordinasi antara penyidik dengan jaksa penuntut umum.

Suhardi mengungkapkan, proses yang berjalan di Polri lebih lama karena penyidik dan jaksa penuntut umum tidak berada dalam satu atap. Hal ini menyebabkan berkas perkara harus berulang kali dikembalikan. Selain itu, dalam menangani kasus korupsi, Polri harus menunggu hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengetahui total kerugian negara.

“Kalau kita di luar sekarang kan masing-masing. Nah sekarang akan dibuat seperti itu (satu atap) juga. Sehingga dibangun komunikasi dan sinergi yang pas dalam rangka pemberantasan korupsi,” kata Suhardi.

Selain dengan Polri, Suhardi mengatakan, KPK rencananya juga akan bekerjasama dengan Kejaksaan Agung dan BPKP. Untuk tahun ini, rencananya enam provinsi mendapatkan pelatihan oleh KPK.

“Audit BPKP atau BPK itu paling lama sebenarnya dalam pembuktian. Karena itu menjadi tumpuan kita. Jadi itu yang paling penting. Bagaimana bisa mengejar. Makanya nanti pelatihan juga pada auditor BPKP,” katanya.

Sementara itu, Johan Budi menjelaskan, sistem satu atap memang merupakan upaya mempercepat proses penyidikan. Lambannya proses penyidikan di Polri, kata dia, karena sering terjadi perbedaan persepsi antara jaksa dengan penyidik. Persamaan persepsi itu lah yang nantinya akan dibahas pada saat pelatihan tersebut.

“Kesamaan persepsi, makanya nanti pas pelatihan kita undang pakar. Nanti disaksikan juga oleh Kapolri, Kabareskrim, Jaksa Agung dan oleh KPK. Nanti akan dibahas mana yang kurang dan mana yang jadi titik perbedaan,” kata Johan.

Johan menambahkan, KPK menargetkan akan menyelesaikan proses pelatihan untuk seluruh provinsi di Indonesia pada tiga hingga empat tahun mendatang. Ia berharap, dengan pelatihan tersebut penanganan kasus korupsi yang ditangani Polri dapat berjalan lebih baik dan cepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Tiga Menteri Koordinasi untuk Tindak Gim Daring Mengandung Kekerasan

Tiga Menteri Koordinasi untuk Tindak Gim Daring Mengandung Kekerasan

Nasional
Gugat KPK, Indra Iskandar Persoalkan Status Tersangka Korupsi Pengadaan Kelengkapan Rumah Jabatan DPR

Gugat KPK, Indra Iskandar Persoalkan Status Tersangka Korupsi Pengadaan Kelengkapan Rumah Jabatan DPR

Nasional
Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Nasional
Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Nasional
Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Nasional
Penambahan Jumlah Kementerian dan Hak Prerogatif Presiden

Penambahan Jumlah Kementerian dan Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Saat Anies 'Dipalak' Bocil yang Minta Lapangan Bola di Muara Baru...

Saat Anies "Dipalak" Bocil yang Minta Lapangan Bola di Muara Baru...

Nasional
Anies Kini Blak-blakan Serius Maju Pilkada Jakarta, Siapa Mau Dukung?

Anies Kini Blak-blakan Serius Maju Pilkada Jakarta, Siapa Mau Dukung?

Nasional
Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Nasional
Kepada Warga Jakarta, Anies: Rindu Saya, Enggak? Saya Juga Kangen, Pengin Balik ke Sini...

Kepada Warga Jakarta, Anies: Rindu Saya, Enggak? Saya Juga Kangen, Pengin Balik ke Sini...

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com