Pengakuan itu terlontar dalam uji kelayakan dan kepatutan di Ruang Rapat Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (4/3/2014) malam.
Awalnya, salah satu tim pakar Lauddin Marsuni menanyakan lebih besar mana, pahala jika Agus tetap menjadi dosen seperti sekarang, atau bila lolos menjadi hakim konstitusi. "Lebih besar amal dosen karena mengajar," jawab Agus.
Jawaban Agus mengundang pertanyaan lanjutan dari Lauddin. Jika memang pahala menjadi dosen lebih besar daripada menjadi hakim konstitusi, Lauddin mempertanyakan alasan Agus mendaftar sebagai calon hakim konstitusi. "Jangan-jangan Anda mencari fasilitasnya? Apa motivasi Anda ikut seleksi ini?" cecar Lauddin.
Sempat terlihat ragu sejenak, Agus kemudian mengiyakan pertanyaan Lauddin. Jawaban ini pun langsung mengundang gelak tawa tim pakar dan anggota Komisi III DPR yang ada di ruang tersebut. Mendengar tawa itu, Agus juga sempat ikut tertawa.
"Ya, (fasilitas hakim konstitusi) itu tentunya kan tidak bisa dinafikan," kata Agus setelah gelak tawa mereda. Lauddin pun kembali bertanya, penasaran, apakah akan ada pengganti Agus sebagai pengajar di Fakultas Hukum bila ia terpilih menjadi hakim konstitusi.
Agus sempat menjawab pertanyaan ini dengan berbelit-belit sebelum Lauddin memotongnya, "Apa ada penggantinya?" desak Lauddin. Agus pun menjawab kalau saat ini sudah banyak dosen yang diproyeksikan dapat menggantikan dia. Sayangnya, dosen-dosen tersebut belum ada yang bergelar profesor.
Atas jawaban Agus, Lauddin menyayangkan kondisi di fakultas itu. "Itulah, padahal fakultas hukum itu tidak bisa kalau tidak ada profesornya," ujar Lauddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.