Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kritik Mahfud MD soal Penegakan Hukum

Kompas.com - 30/09/2013, 16:22 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Kondisi hukum di Indonesia dinilai telah merosot, terlepas dari moral dan etika yang berlaku. Praktik mafia hukum kerap terjadi dalam kasus hukum. Mereka terus berupaya melobi pihak-pihak yang terkait untuk mengatur putusan hukum tersebut.

Hal itu dikatakan oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD di Jakarta, Senin (30/9/2013). Mahfud mencontohkan kasus hukum yang menimpa mafia pajak Gayus Tambunan. Banyak pihak berwenang yang bermain sehingga Gayus divonis ringan.

Menurut Mahfud, Gayus seharusnya mendapat hukuman berat karena perbuatannya menggelapkan pajak. Ancaman hukum untuk kejahatan itu adalah seumur hidup, bahkan sampai pidana mati.

"Nah, Gayus itu tahu hukumannya akan berat, maka dia bermain. Polisi dimainkan, kasus penggelapan pajak diubah jadi pemalsuan dokumen, jaksa juga dibayar, harusnya 20 tahun (penjara), tapi hanya tujuh bulan, walau akhirnya terbongkar karena disadap KPK," kata Mahfud.

Ada pula sejumlah menteri yang tidak mengundurkan diri atau dipecat oleh Presiden meski diduga terlibat dalam suatu kasus korupsi. Menurut Mahfud, seharusnya para pejabat negara lebih tahu diri dengan meletakkan jabatannya saat tersandung kasus tertentu.

Untuk urusan ini, Mahfud mengaku sempat mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang keliru membuat pakta integritas untuk menteri yang tersandung persoalan hukum agar mengundurkan diri. Semestinya, Presiden langsung memecat menteri yang tersandung masalah hukum.

"Moral dan etika sudah tercerabut dari hukum. Seharusnya, Presiden wajib ikut campur dalam penegakan hukum, jangan disorientasi, kadang diarahkan, kadang bilang tidak ikut campur," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com