JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan tidak hanya bisa mengecam tindakan anarkistis organisasi Front Pembela Islam (FPI). Presiden harus memastikan tidak akan ada lagi kekerasan yang dilakukan FPI pada masa depan.
"SBY sudah sering bicara seperti itu, tapi selalu berhenti di statement dan lemah dalam implementasi. SBY harus memastikan apa yang dia ucapkan tentang penghentian kekerasan itu terwujud," kata Koordinator Wahid Institute Rumadi Ahmad, Rabu (24/7/2013) di Jakarta.
Rumadi mengatakan, Ketua FPI Rizieq Shihab tengah menjajaki sampai mana keberanian Presiden menghadapi FPI. Presiden tidak perlu lagi menanggapi pernyataan pihak FPI. Menurut dia, semua orang juga bisa melakukan jika hanya memberikan pernyataan.
"Yang dibutuhkan sekarang, SBY harus menggunakan seluruh otoritas yang dimilikinya untuk menghentikan sepak terjang FPI yang sudah sangat meresahkan. Jika SBY diam setelah memberikan kecaman dan tidak menggerakan bawahannya untuk melakukan sesuatu terhadap FPI, maka bisa dikatakan FPI telah menekuk SBY," tambah Rumadi.
Seperti diberitakan, Presiden SBY mengecam tindakan FPI di Kendal, Jawa Tengah. Ia meminta kepolisian untuk melakukan penindakan. Presiden juga meminta FPI untuk menghentikan tindakan kekerasan dan main hakim.
Terkait pernyataan SBY itu, Rizieq Shihab menuding Presiden telah memfitnah, bahkan menyebut sebagai pecundang. Rizieq merasa bahwa pihaknya yang menjadi korban.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.