JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti menyatakan akan mengajak Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mengembalikan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ke naskah asli.
Sebagaimana diketahui, UUD 1945 telah mengalami amendemen hingga empat kali yang berlangsung pada Oktober 1999 hingga Agustus 2002.
Hasil amendemen itu, di antaranya soal masa jabatan presiden dan wakil presiden bisa.
“Kita berdoa supaya pelantikan Pak Prabowo berjalan lancar setelah itu kita akan mengajak beliau bersama sama kita konsep mengembalikan UUD 45 ke naskah aslinya,” kata La Nyalla saat ditemui awak media di Senayan, Jakarta, Minggu (23/6/2024).
Menurut La Nyalla, mengembalikan UUD 1945 ke naskah aslinya menjadi salah satu agenda prioritas DPD RI periode 2024-2029.
Adapun La Nyalla merupakan anggota DPD RI periode 2024-2029 terpilih yang saat ini didukung puluhan anggota terpilih lainnya untuk menduduki pucuk pimpinan.
Baca juga: Wacana Amendemen UUD 1945, Cak Imin Singgung Pemilihan Presiden Kembali Lewat MPR
La Nyalla menyebut, wacana mengembalikan UUD 1945 ke naskah asli saat ini dibahas di semua partai politik.
“Dan sekarang saya yakin Pak Prabowo pun juga setuju karena di dalam AD/ART (anggaran dasar/anggaran rumah tangga) Gerindra itu kembali ke UUD 1945,” ujar La Nyalla.
La Nyalla juga menyatakan pihaknya membangun komunikasi dengan semua pimpinan partai politik menyangkut pengembalian UUD 1945 ke naskah asli, termasuk PDI-P.
Adapun pengembalian naskah asli itu harus disepakati mayoritas anggota MPR RI yang terdiri dari perwakilan partai politik.
“Ya pastilah kan pasti semua ada karena semua partai sudah setuju,” tuturnya.
Baca juga: Puluhan Anggota DPD Dukung La Nyalla Jadi Ketua Meski Suara Komeng Lebih Banyak
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai pengembalian UUD 1945 ke naskah asli membuat rakyat tidak lagi bisa memilih presiden secara langsung, La Nyalla menyebut UUD hasil amendemen sudah meninggalkan Pancasila.
“Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan itu adalah Pancasila,” kata La Nyalla.
“Kita sekarang sudah tinggalkan Pancasila. Apa anda masih mau pertahankan itu? Kita jangan kemasukan liberal,” kata La Nyalla dengan suara meninggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.