Ibunda Bimo Petrus itu telah wafat pada 2018.
Dalam catatan IKOHI, Misiati pernah bercerita bagaimana ia berdebat dengan Bimo agar anaknya itu tak berangkat ke Jakarta untuk memperjuangkan reformasi.
Saat itu dia katakan kepada Bimo, yang dilawan dalam perjuangan reformasi adalah tembok baja. Melawan rezim saat itu sama seperti membenturkan kepala ke tembok baja.
"Dia (Bimo) menjawab, "Ya saya sudah tahu, bahkan apa yang mesti saya hadapi. Kalau tidak ada yang berani, siapa lagi? Harus ada!" kata Misiati dalam sebuah catatan IKOHI.
Baca juga: Prabowo Tak Jawab Pertanyaan Ganjar soal Makam 13 Aktivis yang Diculik
Saat mendengar jawaban Bimo, Misiati terpaksa merestui. Dalam ingatannya, ucapan Bimo yang selalu terngiang adalah "Bu, kalau tidak ada perubahan politik, mungkin besok generasi berikutnya tidak bisa sekolah lagi."
Pesan terakhir beberapa keluarga korban yang telah wafat juga terekam dalam catatan IKOHI.
Dyah Sujirah atau Mbak Sipon, istri penyair Wiji Thukul yang meninggal pada 2023, pernah menyampaikan harapan suaminya masih hidup.
Namun, hingga embusan akhir napasnya, Mbak Sipon tak lagi melihat wajah kurus penyair penggerak reformasi itu.
"Jangan sampai terulang lagi kejadian hal (penculikan) seperti ini. Saya masih berharap Wiji Thukul ditemukan, karena saya punya keyakinan ia masih hidup," katanya.
Baca juga: Kilas Balik Pengakuan Prabowo Memburu Aktivis 98 Sebelum Jadi Jenderal Kehormatan
Harapan demi harapan terucap di bibir para keluarga korban. Juga dari Mami Tuti Koto, ibu dari Yani Afri yang merupakan salah satu korban penculikan.
Tuti yang telah wafat pada 2012 percaya bahwa pada masa depan kasus ini bisa diselesaikan dengan hukum yang adil.
"Hidup atau mati anak Mami, Mami sudah pasrah pada yang di atas. Tapi soal penegakan hukum, mami akan tuntut sampai tuntas," katanya.
Damaris Hutabarat, ibu Ucok Munandar Siahaan, juga mengucapkan harapannya sebelum meninggal pada tahun lalu.
Damaris sangat menginginkan anaknya kembali untuk kali terakhir sebelum ia wafat, setelah 25 tahun dinyatakan hilang dalam peristiwa penculikan 1998.
Juga Nurhasanah, ibu dari Yadin Muhyidin yang telah lama wafat pada 2014. Mereka berdua memiliki harapan yang sama.
Sebelum wafat, Nurhasanah bahkan meminta kepada pemerintah untuk mengembalikan anaknya hidup atau mati.
"Hidup atau mati, tolong kembalikan anak saya," katanya.
Tragedi penculikan 1998