"Dia terlembaga dan juga terfasilitasi oleh pemerintah atau negara," ucap Masinton.
"Atau yang dimaksud dengan presidential club di Indonesia ini cuma ajang kongko-kongko? Kalau tentang presidential club kan itu harus dielaborasi lebih lanjut," ujar Masinton.
Baca juga: Tanggapi Isu Presidential Club, PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin berpandangan, pembentukan president club tak serta merta dapat memperbaiki hubungan antara presiden yang berkonflik.
Menurut dia, sulit untuk menyatukan Megawati, SBY, dan Jokowi, selama belum ada rekonsiliasi.
"Iya, saya sih melihatnya begitu. Selama mereka belum ketemu, belum bermaaf-maafan, belum rekonsiliasi, ya walaupun di satu wadah pun mereka akan tetap saling membelakangi, saling tidak akrab,” ujar Ujang saat dihubungi Kompas.com, Minggu.
Seharusnya, kata Ujang, ada pertemuan antara pihak-pihak yang berseteru itu sebelum dipersatukan dalam satu wadah bernama presidential club.
Sebab, tak menutup kemungkinan antara Megawati dengan Jokowi ataupun SBY, tetap saling bersaing dan menjatuhkan di dalam forum itu selama rekonsiliasi belum terjadi.
“Sama saja kalau kita sedang bermusuhan, kemudian berada di dalam satu tempat. Ya akan saling gerutu, saling menjelekkan satu sama lain. Saat ini, mereka masih seperti air dan minyak, masih belum ketemu,” kata Ujang.
“Jadi diaduk-aduk pun di dalam satu wadah presidential club, kelihatannya belum bisa ketemu. Sebelum mereka damai dulu, sebelum mereka rekonsiliasi dulu. Baru ada presidential club,” sambung dia.
Baca juga: Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati
Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menambahkan, presidential club yang digagas Prabowo tidak akan efektif jika memang salah satunya bertujuan menyatukan mantan presiden yang berseteru.
Senada dengan Ujang, Dedi berpandangan, presidential club itu bakal gagal jika ditujukan untuk menyatukan Megawati dan Jokowi.
"Sekarang Jokowi masuk daftar tokoh yang mungkin tidak akan disapa Megawati," kata Dedi kepada Kompas.com, Minggu.
Dedi menilai, Megawati memiliki catatan yang konsisten soal membangun hubungan baik dengan presiden lainnya.
Ia mencontohkan bagaimana hubungan harmonis dibangun Megawati dengan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Namun hal berbeda ditunjukkan Megawati dalam hubungannya dengan SBY.
"Upaya menyatukan (Megawati dan Jokowi) bisa saja dilakukan, tetapi sepertinya tidak berhasil, Megawati punya catatan konsisten dalam membangun hubungan, ia dengan Gus Dur dan ia dengan SBY sebagai contoh," kata dia menjelaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.