Dalam konteks politik kontemporer juga bahwa mentradisikan mudik bisa sebagai “cara” menghadapi tantangan.
Namun di sini bisa saja ada potensi bagi tradisi yang semula bersifat spiritual dan budaya ini dimanfaatkan, atau bahkan dimanipulasi, oleh pihak politik untuk kepentingan mereka.
Maka politisasi mudik dapat mengaburkan makna aslinya, lantas mengubahnya menjadi alat untuk memperkuat kekuatan politik tertentu. Hal ini karuan saja mengurangi kedalaman nilai-nilai rohani yang tersirat dalam tradisi ini.
Di sinilah mudik jadi menekankan pentingnya persatuan di tengah keberagaman. Meskipun ada perbedaan budaya, agama, dan etnis, bahkan politik, membuat mudik menjadi kesempatan penyatuan di mana individu dari latar belakang yang beragam berkumpul untuk merayakan momen kebersamaan dan persaudaraan.
Juga, memberikan inspirasi bagi konteks sosial politik. Maka hal ini penting untuk diingat bahwa tradisi ini juga “cara” mengatasi tantangan dan ketidaksetaraan sosial yang masih ada dalam masyarakat.
Di tengah perayaan dan kebersamaan, mudik juga mengingatkan kita akan ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang mungkin dialami oleh sebagian masyarakat –termasuk mereka yang tidak mampu melakukan perjalanan mudik.
Maka mudik memberikan inspirasi yang berharga bagi konteks sosial politik, mengajarkan kita tentang solidaritas, persatuan, dan jaringan sosial yang mendalam.
Maka untuk benar-benar mewujudkan nilai-nilai ini dalam tindakan politik dan sosial, kita harus berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan sosial, inklusi, dan kesetaraan bagi semua lapisan masyarakat.
Menjadikan tradisi mudik politik adalah fenomena menarik yang perlu diperhatikan dalam konteks sosial dan politik di Indonesia.
Tradisi mudik, yang semula merupakan perjalanan fisik kembali ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran, telah mengalami perubahan menjadi panggung politik yang semakin terlihat.
Sehingga menjadikan tradisi mudik politik mencerminkan perubahan dalam partisipasi politik masyarakat.
Di masa lalu, mudik dilihat sebagai momen untuk berkumpul dengan keluarga dan merayakan kebersamaan. Namun, dengan mendekatnya pemilihan daerah (pilkada) di November, atau kebijakan politik penting, maka mudik menjadi kesempatan bagi politisi untuk melakukan kampanye.
Karuan saja hal tersebut mengubah esensi mudik dari tradisi budaya menjadi alat politik yang efektif. Selain itu, menjadikan tradisi mudik politik juga mencerminkan perubahan dalam dinamika sosial masyarakat.
Tradisi ini kini tidak hanya menjadi momen perayaan kebersamaan, tetapi juga menjadi ajang pertemuan politik informal di mana diskusi politik sering terjadi di antara keluarga dan kerabat yang berkumpul.
Kendati demikian, ada implikasi yang perlu diperhatikan dari menjadikan tradisi mudik politik ini. Salah satunya adalah potensi polarisasi politik yang semakin memperdalam perpecahan di antara masyarakat.