Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pramuka Dituduh Hendak Dijadikan "Hitler Youth"...

Kompas.com - 02/04/2024, 03:17 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Gerakan Pramuka Nasional pernah menerima berbagai macam tudingan pada masa pemerintahan Orde Lama.

Situasi itu masih terkait dengan persaingan politik nasional yang sengit pada era 1960-an.

Menurut pemberitaan Harian Kompas pada 21 September 1966, gerakan Pramuka pada saat itu ikut terseret dalam pusaran kemelut politik nasional.

Ketika itu propaganda gagasan tentang penyatuan 3 ideologi yakni Nasionalisme, Agamis, Komunisme (Nasakom) yang disampaikan Presiden Soekarno masih sangat kencang.

Di sisi lain, Presiden Soekarno juga memegang jabatan sebagai "Pramuka Agung" karena posisinya sebagai pimpinan lembaga eksekutif.

Baca juga: Kemendikbud: Keikutsertaan Siswa dalam Ekskul Pramuka Bersifat Sukarela

Karena kuatnya pengaruh politik Soekarno, gerakan Pramuka dituduh akan dibentuk dengan gaya mirip dengan Pemuda Hitler (Hitler Jugend).

Pemuda Hitler merupakan organisasi sayap Partai Buruh Nasional Sosialis (Nazi) Jerman. Dalam perjalanannya, organisasi itu menjadi salah satu corong propaganda gagasan politik pemimpin Nazi, Adolf Hitler, terhadap kalangan muda-mudi berusia 14 sampai 18 tahun.

Gaya kaderisasi yang diadopsi oleh Pemuda Hitler adalah paramiliter dan mengadopsi prinsip-prinsip gerakan kepanduan atau Pramuka. Mereka mulanya berbagi pengetahuan tentang aktivitas di luar ruang seperti mendaki dan berkemah, bernyanyi, serta mengajarkan keterampilan membuat kerajinan tangan.

Meski Soekarno menjadi pimpinan tertinggi gerakan Pramuka dalam negeri saat itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) menuduh organisasi itu bakal dikembangkan mirip dengan Pemuda Hitler, yakni dengan menanamkan gagasan nasionalisme.

Baca juga: P2G Dukung Kemendikbud Tidak Wajibkan Siswa Ikut Ekskul Pramuka

Tuduhan PKI itu kemudian dibantah oleh Gubernur Jawa Timur Brigjen Moch. Wiyono.

Dia mengatakan Pramuka dalam pembinaannya tidak diarahkan menjadi organisasi seperti Pemuda Hitler.


"Gerakan Pramuka adalah tetap wadah tempat mendidik anak-anak kita untuk menjadi manusia Pancasila yang berguna bagi nusa, bangsa, dan revolusi Indonesia," kata Wiyono.

"Oleh karena itu saya anjurkan kepada para kepala daerah Jawa Timur hendaknya Gerakan Pramuka tetap dihidup-suburkan dan kepala daerah supaya menjadi pembina Gerakan Pramuka di tempatnya masing-masing," sambung Wiyono.

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 membuat peta politik Indonesia berubah drastis. Soekarno yang semula menuai banyak dukungan politik dari masyarakat mendadak berubah menjadi sosok yang dimusuhi karena dituduh terlibat dalam kejadian itu.

Baca juga: Aturan Baru Kemendikbud Ristek Dinilai Kembalikan Pramuka pada Posisi Semula

Alhasil, gelar "Pramuka Agung" yang disematkan kepada Soekarno dicopot pada Maret 1967 setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) terlebih dulu mencabut mandat presiden seumur hidup.

Halaman:


Terkini Lainnya

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com