Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Suara Akademisi Dianggap Partisan? Yang Benar Aja...

Kompas.com - 09/02/2024, 09:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebagai dosen yunior tentu pendapatnya tidak sahih karena berpijak pada kepentingan pilihan politiknya. Justru inilah yang nyata-nyata tergolong partisan.

Guru besar gelisah, akademisi gundah, mahasiwa bingung dan rakyat pun juga “kelimpungan” dengan ketidakpantasan yang diperlihatkan dengan “tanpa tedeng aling-aling” oleh Jokowi dan para pembantunya.

Usai mengenyampingkan etika dengan mendorong anaknya, Gibran Rakabuming, menjadi calon wakil presiden melalui Mahkamah Konstitusi, Jokowi terlihat begitu tidak sabaran ingin memenangkan kontestasi Pemilihan Presiden atau Pilpres dalam satu putaran.

Beragam cara ditempuh untuk memuluskan kemenangan sang anak. Presiden begitu sayang terhadap anaknya, tetapi sebaliknya malah mencampakkan rasa sayangnya terhadap rakyat.

Hampir semua penjabat kepala daerah seperti diorkestrasi untuk memenangkan Paslon tertentu. Sampai-sampai Penjabat Gubernur DKI Jakarta membagikan bantuan sosial dalam kantung yang identik dengan warna logo Paslon tertentu (Limapagi.id, 8 Februari 2024).

Kementerian Komunikasi dan Informatika memasang baliho yang identik dengan warna paslon dukungan sang menterinya.

Tidak hanya cara “halus”, cara kasar pun ditempuh aparat. Alih-alih mengedepankan netralitas, dengan alasan ingin menyejukkan suasana aparat polisi meminta dukungan rektor-rektor untuk membuat rekaman video tentang keberhasilan pemerintahan Jokowi (Kompas.com, 8 Februari 2024).

Keberanian para menteri, para penjabat kepala daerah, para sekretaris daerah, para camat hingga para kepala desa mendukung tanpa malu Paslon tertentu di Pilpres 2024 tentu tercetus karena melihat junjungannya yang bernama Presiden Jokowi juga melakukan hal serupa.

Mengacungkan dua jari di atas mobil kepresidenan, membagikan bansos dengan masif seiring dengan rajinnya menyambangi daerah dengan alasan meresmikan proyek, menemui Paslon tertentu, menemani anak bungsunya untuk konsolidasi partai hingga membiarkan para menterinya untuk bebas berkampanye adalah gambaran betapa etika memang tiada lagi menjadi pegangan.

Etika menjadi barang mahal di era sekarang ini. Lengkap sudah di negeri yang Ketua Mahkamah Konstitusinya melanggar etika berat, Ketua Komisi Pemilihan Umum dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi juga melanggar etika, maka jangan heran jika kepemimpinan nasional kita saat ini juga tuna etika.

Mau saya tabok rasanya
ketika kau enteng berdusta
soal dana gempa hingga esemka

Mau saya tabok rasanya
ketika kau seenaknya naikkan harga
menyusahkan jutaan rumah tangga

Mau saya tabok rasanya
ketika kau impor beras dan gula
petani hancur panen derita

Kini kau gadai lagi negara
ekonomi makin liar liberal buta
asing caplok semua bidang usaha

Mau saya tabok rasanya
agar kau lihat realita
bukan fatamorgana

Semoga puisi “Mau Saya Tabok Rasanya” karya Fadli Zon bisa mengingatkan dirinya untuk mau membuat puisi lagi. Khususnya yang mengupas persoalan hilangnya etika dan moral di negeri ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com