Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Suara Akademisi Dianggap Partisan? Yang Benar Aja...

Kompas.com - 09/02/2024, 09:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Suatu ketika, saya mengusulkan ke rapat redaksi agar diperbolehkan meliput aksi demonstrasi mahasiswi Akademi Sekretaris Tarakanita di Kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Awalnya saya ditertawakan karena dianggap liputan “cemen”. Padahal, menurut saya, jika Tarakanita turun ke jalan, maka keberanian untuk menentang Soeharto sudah menjalar ke siapa saja, tanpa kenal takut.

Insting saya ternyata tepat. Petang harinya usai mahasiswi Tarakanita berunjuk rasa, kawasan Kali Malang membara karena ada pertokoan yang dibakar massa “siluman”.

Listrik di sekitaran Kali Malang padam total. Warga banyak yang berjalan kaki karena ketiadaan angkutan umum beroperasi.

Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang berada di Cawang, juga meluapkan kebenciannya terhadap Soeharto dan kroni-kroninya dengan aksi turun ke jalan.

Suara-suara kampus yang bergejolak di penghujung kejatuhan Soeharto adalah gambaran betapa kegelisahan kaum cerdik cendikiawan merefleksikan apa yang dirasakan rakyat.

Mereka bukan partisan. Terlalu merendahkan martabat keilmuan dan kepakarannya jika para pendidik dianggap memiliki agenda dan skenario membela tokoh-tokoh yang melawan rezim Orde Baru.

Uniknya, orang-orang yang berdiri gigih membela Soeharto saat itu masih bercokol hingga kini tanpa dosa serta mentrasformasi dirinya sebagai tokoh yang “bersih” tanpa noda.

Keprihatinan tak terbendung

Di salah satu kampus tempat saya mengajar di Program Pascasarjananya, Universitas Islam Bandung (Unisba) mengeluarkan pernyataan sikapnya di Bandung, 5 Februari 2024 lalu.

Pernyataan yang dibacakan Rekor Unisba, Profesor Edi Setiadi menyebut sebagai “ulil amri” Presiden Jokowi hendaknya menjadi suri tauladan dengan menunjukkan proses pembentukan kepemimpinan yang baik.

Bertajuk “Satukan Tekad Selamatkan Demokrasi”, Unisba meminta Jokowi seharusnya mementingkan legacy, keteladanan dan etika sebagai presiden. Jokowi harus netral dan mengayomi masyarakat luas. Unisba juga menyoroti lemahnya penegakan pemberantasan korupsi.

Begitu pula petisi-petisi keprihatinan dari kampus-kampus lain – hingga tulisan ini diturunkan - sudah lebih dari 50 perguruan tinggi yang menyuarakan keprihatinannya terhadap sikap Jokowi.

Sebagai alumni dari UI dan Universitas Padjadjaran serta mengajar di berbagai kampus, saya kenal betul dengan para guru besar dan akademisi yang bersuara lantang.

Mereka adalah sosok yang bersahaja, dihormati para mahasiswanya karena keluasan ilmunya. Mereka tidak terafiliasi dengan partai atau pasangan calon presiden dan wakil presiden. Keseharianya mengajar, meneliti dan pengabdian.

Sangat di luar “nurul” jika ada seorang menteri yang membanggakan dirinya pernah menjadi ketua badan eksekutif mahasiswa di era reformasi – walau saya lacak profilnya tidak terdata kiprahnya – menuduh suara-suara akademisi yang menyuarakan keprihatinan akhir-akhir ini adalah bagian dari skenario paslon tertentu.

Menuduh mereka sebagai partisan sama saja mengingkari dirinya baru saja lulus dari bimbingan para guru besar di program doktoralnya.

Sebagai bagian civitas akademika, tentu sang menteri paham dengan kehidupan kampus yang menjunjung tinggi kejujuran. Mengedepankan etika dan moral dalam setiap aspek kehidupan.

Demikian juga pandangan sumir dari seorang jurnalis yang telah menamatkan S-3, hanya karena keluar dari tim pemenangan paslon dan terlibat aktif di paslon lain lantas menganggap suara-suara kampus sebagai pendapat individu.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com