Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Seto Mulyadi
Ketua Umum LPAI

Ketua Umum LPAI; Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma; Mantan Anggota Balai Pertimbangan Pemasyarakatan Kemenkumham RI

Menunggu Sesi Debat Capres Bertema Anak

Kompas.com - 17/01/2024, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penggunaan kata-kata kasar dan suasana permusuhan juga bersifat menular. Bukan penularan melalui virus atau sejenisnya, namun melalui proses belajar sosial (social learning) yang keliru. Yakni, orang-orang, termasuk anak-anak, akan meniru perbuatan serupa.

Semakin tidak elok ketika orang-orang yang mengucapkan umpatan atau suasana penuh permusuhan —siapa pun dia— justru disambut dengan sorak-sorai dan kemudian diviralkan.

Betapa sedih; susah payah para guru dan ayah bunda mengajarkan persahabatan, akhlak mulia dan sopan santun kepada anak-anak. Budi pekerti tercermin, antara lain, pada tutur kata dan perilaku.

Namun berkat kedahsyatan media sosial, ajaran-ajaran kebaikan itu dalam waktu singkat dapat langsung “terevisi” oleh tayangan-tayangan tentang aksi teatrikal penutur yang jauh dari keteladanan. Ini amat-sangat disesalkan.

Empat isu

Kembali ke kalimat awal tulisan ini. Tak sabar saya menunggu datangnya sesi terakhir debat calon presiden. Pasalnya, pada sesi itulah—perkiraan saya—tema-tema perlindungan anak akan memperoleh panggungnya.

Tinggal lagi bagaimana calon-calon pemimpin nasional kita mengolah gagasan dan narasi dengan seindah mungkin, sehingga dapat menjadi alat tagih masyarakat saat satu dari ketiga calon yang ada terpilih nantinya.

Terutama pada segmen tanya jawab, saya sungguh-sungguh berharap ada pertukaran pendapat tentang beberapa hal yang saya anggap kritis dewasa ini. Semuanya terkait pada aktivitas perlindungan anak.

Pertama, perlindungan anak-anak dari bahaya rokok. Rokok memang saya berikan garis tebal, karena publik sering abai bahwa rokok merupakan salah satu ragam zat adiktif.

Dan zat adiktif adalah satu dari tiga zat kimia berbahaya. Bahkan, rokok—saya percaya—sebagai zat berbahaya yang penyebarannya paling masif, mengalahkan narkotika dan psikotropika.

Kedua, kampanye orientasi dan perilaku seksual menyimpang. Masalah gawat ini tidak bisa disorot sebagai problem individu per individu semata.

Orientasi dan perilaku seksual menyimpang sudah menjadi ideologi yang banyak dikampanyekan secara global.

Kini, bahaya serius ini dikemas dengan cerdik lewat semantik yang menyesatkan. Misalnya, edukasi kesetaraan jender, hak privat, kesehatan reproduksi, bahkan pengasuhan keluarga alternatif.

Ketiga, mendakinya angka perceraian di Tanah Air. Kegelisahan akibat maraknya perceraian sesungguhnya sangat beralasan.

Karena kasus-kasus yang masuk ke LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) memperlihatkan bagaimana fenomena perceraian unilateral berlanjut dengan keterpisahan anak dari orangtua mereka.

Ini merupakan bukti bahwa perceraian, yang semula diharapkan menjadi upaya mitigasi terhadap konflik suami istri, justru menjadi awal mula bagi anak-anak untuk “kehilangan” ayah atau bunda mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com