Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita PDI-P Jadi Oposisi 10 Tahun, Ganjar Ajak Relawan di Surabaya Bantu Menangkan Pilpres 2024

Kompas.com - 13/01/2024, 18:57 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo bercerita bagaimana partainya, PDI-P, pernah 10 tahun tidak berada dalam pemerintahan.

Ganjar mengatakan, itu terjadi ketika masa pemerintahan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu PDI-P dikenal menjadi oposisi pemerintah.

Cerita itu disampaikan Ganjar ketika bertemu tim pemenangan daerah (TPD), calon anggota legislatif (caleg) partai koalisi dan relawan Ganjar-Mahfud di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (13/1/2024).

Awalnya, Ganjar mengungkit peristiwa Kudatuli atau 27 Juli 1996, di mana terjadi perebutan kantor DPP PDI (Partai Demokrasi Indonesia) yang sekarang PDI-P.

Baca juga: Bicara soal Intimidasi ke Pendukungnya, Ganjar: Kalau Mereka Menekan, Kami Akan Melawan

"Masih ingat 27 Juli (1996), PDI-P dihajar habis-habisan. Tapi kita melawan, kita tak pernah berhenti, kita lawan dan kita orang yang taat aturan," kata Ganjar kepada para pendukungnya.

"Waktu itu juga 1997 kita tidak ikut pemilu, suara kita serahkan pada PPP (Partai Persatuan Pembangunan), friend. Sebenarnya Perindo juga mau kita kasih tapi waktu itu belum ada," ujarnya lagi.

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu melanjutkan ceritanya bahwa situasi demokrasi dari masa ke masa selalu naik-turun.

Meski begitu, PDI-P disebut tetap memiliki rekam jejak yang baik dalam sejarah demokrasi.

Di situ, Ganjar mengajak para pendukungnya belajar dari Presiden Pertama RI Soekarno untuk tidak melupakan sejarah.

"(Tahun) 1999 menang. Karena apa? Rakyat bersama," katanya.

Baca juga: Ganjar Ungkap Sosok di Balik Layar Saat Debat Capres Kedua, Mantan KSAU dan Eks Sekjen Kemenhan

Setelah itu, Ganjar menyampaikan selama 10 tahun PDI-P berada dalam posisi oposisi.

Ganjar mengatakan, 10 tahun itu akhirnya terbayarkan ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) 2014.

"Partai saya dihukum kurang lebih 10 tahun kita tidak memimpin. Dan akhirnya kita bisa memenangkan pemilu kembali, bahkan mendudukkan presiden dari kader PDI-P, waktu itu," ujarnya.

Ganjar lantas menegaskan bahwa semua kemenangan adalah hasil dari keringat dan tenaga rakyat.

Oleh sebab itu, Ganjar mengaku masih mengingat wajah-wajah rakyat yang mendukung kemenangan PDI-P di Pilpres kala itu.

Baca juga: Dapat Dukungan Pensiunan TNI-Polri, Ganjar Optimistis Raup Banyak Suara di Jawa Timur

"Saya tahu keringat Anda, harta Anda, tenaga Anda waktu panjenengan semua diberi kemenangan pada saat itu. Kita semuanya tidak pernah lupa pada kondisi itu. Kita tidak pernah lupa," katanya.

Merujuk hal itu, Ganjar mengajak para pendukungnya untuk terus bergerak turun di wilayah masing-masing.

Dia menyadari bahwa Surabaya menjadi salah satu wilayah untuk memperebutkan suara di Pilpres 2024.

"Maka tidak heran kalau kemudian banyak yang ingin datang mengambil suara di Surabaya. Dengan berbagai cara. Dengan berbagai cara," ujar Ganjar.

Baca juga: Ganjar Minta Pendukungnya Lawan Intimidasi yang Diterima

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com