Komitmen itu bisa mencakup komitmen, sikap dan perilaku personal kita, para pemuda Indonesia, yang bila sebaliknya tidak dijaga dan dikelola dengan baik akan memberikan insentif yang buruk terhadap kelangsungan atau kemajuan bangsa dan negara.
Pertama, adalah terhadap perilaku koruptif. Ini biang kerok atau pangkal utama hingga bangsa kita masih sulit untuk 'move on' dan berjaya. Perilaku buruk ini seperti telah membudaya, terjadi di berbagai kalangan, lintas generasi, gender dan di semua strata sosial.
Mulai dari pejabat tinggi negara sampai juru parkir, dari penjahat kambuhan yang menilep jatah hasil curian komplotannya, hingga tokoh agama yang korupsi dana umat. Dari anak muda yang lagi berbinar penuh prestasi, hingga orangtua yang sudah bau tanah.
Korupsi adalah perilaku personal, tapi kerap pula dilakukan secara berjamaah atau sindikat. Membuat anggaran bagi kesejahteraan publik yang memang masih minim, disunat sana-sini, memperkaya diri, dan rakyat ibaratnya hanya kebagian tulang atau ampas.
Dampak perilaku koruptif menjadikan sampai kini masih banyak anak-anak bangsa yang bahkan baju seragam sekolahnya lebih dekil dan kotor dari kain lap yang dipakai untuk membersihkan mobil para pejabat.
Atau bersekolah atau ruang kelas yang lebih mirip kandang ternak, sungguh memprihatinkan.
Korupsi telah menyengsarakan rakyat, membuat Indonesia masih jauh dari merdeka yang substantif.
Kedua, adalah perilaku buruk terhadap lingkungan. Ini satu problem yang kian mengkhawatirkan. Kita akan dengan mudah melihat anak-anak muda dengan gampangnya membuang sampah sembarangan.
Bahkan itu bisa terjadi atau dilakukan di bawah papan atau spanduk yang bertuliskan "Jangan Buang Sampah di Sini, atau “Jagalah Kebersihan".
Sering kali usai acara atau kegiatan mahasiswa dan pemuda, baik itu acara seminar hingga acara keagamaan, sampah terlihat berserakan di mana-mana, terinjak-injak tanpa ada yang peduli.
Kerap kita lihat di jalan raya, ada yang membuang sampah lewat jendela mobilnya. Sesuatu yang ironi, karena pemilik mobil itu rata-rata mengenyam sekolah atau dari kalangan orang terdidik.
Sampah yang dibuang sembarangan tidak saja mengotori pemandangan, tapi juga membuat mampet saluran air dan menyebabkan banjir atau genangan air, yang akhirnya dapat merusak fasilitas publik atau menjadi rumah bagi berbagai sumber penyakit.
Sampah plastik bahkan bila tercecer ke laut, aliran sungai dan danau, mencemari atau merusak ekosistem dan lingkungan hidup. Sampah plastik butuh ratusan tahun untuk dapat diurai oleh alam.
Ini belum terhitung berbagai perusahaan yang di antaranya juga dimiliki pengusaha muda, yang membuang limbah industrinya ke sungai dan laut. Semua mengancam kehidupan hari ini dan esok nanti.
Ketiga, adalah kejahatan narkotika. Ini adalah persoalan serius yang bisa menghancurkan satu generasi. Sama seperti korupsi, korban dan kejahatan narkotika juga melibatkan berbagai kalangan, dan dampaknya sangat destruktif, juga menjadi pangkal terjadinya sejumlah kejahatan atau tindakan kriminal.