Ari juga menyoroti putra pertama Megawati yang bernama Mohammad Rizki Pratama atau akrab disapa Tatam.
Pada anak pertamanya, menurut Ari, Megawati tidak memaksakan menjadi ketua umum partai, wali kota, apalagi cawapres mengingat keinginan putranya tidak di politik.
"Hanya kepada dua anaknya dilibatkan di struktur DPP dan itu pun Prananda Prabowo tidak maju di Pemilu Legislatif," ucap Ari.
Melihat hal ini, Ari berpandangan bahwa Megawati telah memberikan warisan demokrasi yang luar biasa.
Selain itu, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini dianggap memberikan panutan soal kekuasaan.
"Dia (Megawati) tidak mengatur kehidupan dan jalan politik anak-anaknya," sebut Ari.
Menurut Ari, Megawati memiliki alasan tersendiri mengapa memberlakukan cara berpolitik yang demikian.
Baca juga: Ganjar: Kalau Pak Mahfud Tak Jadi Wapres 5 Tahun Lalu, maka Hari Inilah Saatnya
Kata dia, Megawati sepertinya tidak ingin PDI-P dianggap seolah kaca buram tentang kaderisasi.
"Dia tidak 'mentang-mentang' dan aji mumpung, tetapi ikut memberi jalan lahirnya pemimpin muda," tuturnya.
Ari melanjutkan, di PDI-P, proses pematangan politik pun pada akhirnya ditempa lewat Pilkada dan Pileg.
Proses penempaan ini melahirkan sosok pemimpin di antaranya Joko Widodo, Azwar Anas, Tri Rismaharini, Mochamad Nur Arifin hingga Hasto Wardoyo.
"Megawati begitu konsisten antara ucapan dan tindakan begitu selaras. Dia tidak plonga-plongo atau belak belok. Hanya sedikit ketua umum partai seperti Megawati yang mempunyai kenegarawanan level A," nilai Ari.
Meski trah Soekarno lagi-lagi tak ada di panggung Pilpres, namun dukungan cucu Bung Karno terlihat jelas dalam pengumuman Ganjar-Mahfud kemarin.
Nanan, Ganjar, dan Mahfud tampak berfoto bersama di depan lukisan Bung Karno yang sedang tersenyum.
Baca juga: Prediksi Persaingan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin Memburu Suara NU
Nanan berdiri di tengah. Dia diapit oleh Mahfud di sisi kiri, dan Ganjar di sebelah kanan. Ketiganya kompak tersenyum dan berjabat tangan.