Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Sebut Putusan MK Inkonsisten, Semua Gugatan Batas Usia Capres-Cawapres Harusnya Ditolak

Kompas.com - 17/10/2023, 10:49 WIB
Syakirun Ni'am,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti menyebut seharusnya Mahkamah Konstitusi (MK) menolak semua gugatan batas minimal usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).

Bivitri mengatakan, dari tujuh gugatan batas usia capres-cawapres minimal 40 tahun, terdapat tiga pola perkara.

Pola itu adalah hanya menggugat batas usia, meminta disamakan dengan penyelenggara negara, dan disamakan dengan elected officials lainnya, termasuk di level daerah.

“Pola yang manapun, sebenarnya tengah meminta MK memutus suatu perkara yang sebenarnya bukan wilayah MK, alias wilayah pembentuk undang-undang (open legal policy),” kata Bivitri saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/10/2023).

Baca juga: Soal “Dissenting Opinion” Putusan MK, Sekjen Gerindra: Itu Bagian Tak Terpisahkan dari Putusan

Menurut Bivitri, putusan MK terhadap tiga pola perkara itu inkonsisten. Seharusnya, jika mengikuti logika atau penalaran hukum yang wajar, begitu pola pertama ditolak maka dua pola perkara lainnya juga ditolak dengan alasan yang sama.

Bivitri mengatakan, pada pola kedua dan ketiga MK memang mendalilkan kemungkinan pengecualian untuk open legal policy, yakni ketidakadilan yang tidak bisa ditolerir atau tak tertahankan.

Namun, ia mengungkapkan, ketika dilihat lebih cermat maka pokok penalaran MK itu bukan ketidakadilan.

Menurut Bivitri, Mahkamah kemudian menggunakan pengecualian sebagai cara untuk membuka dan membangun argumen guna menjustifikasi atau membenarkan syarat substantif (pernah menjabat kepala daerah hasil Pemilu) untuk menggantikan syarat umur berupa angka.

“Kalau soalnya ketidakadilan, bukankah pola pertama juga seharusnya dikabulkan, karena ketidakadilan harusnya juga bisa didalilkan?” ujar Bivitri.

Baca juga: MK Dinilai Lampaui Kewenangan, Menyimpang dari Konstitusi sebab Ubah Syarat Capres-Cawapres

Lebih lanjut, Bivitri menyebut bahwa putusan MK bersifat final dan mengikat serta tidak membutuhkan perubahan undang-undang.

Mahkamah bahkan menyatakan putusan nomor 90/PUU-XXI/2023 MK membolehkan seseorang yang belum berusia 40 tahun menjadi capres atau cawapres selama berpengalaman menjadi kepala daerah hasil pemilu berlaku pada kontestasi 2024, bukan 2029.

Penyelenggara Pemilu saat ini tinggal menyesuaikan peraturan pendaftaran calon dalam bentuk Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU).

Adapun tindakan yang saat ini bisa dilakukan oleh publik adalah mengajukan gugatan dengan batu uji dan argumen yang berbeda.

“Tetapi ini tentu saja tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat dalam konteks pendaftaran calon yang tinggal tiga hari lagi,” kata Bivitri.

Baca juga: Pernyataan Lengkap Jokowi Setelah Putusan MK soal Batas Usia Capres-Cawapres

Menurut Bivitri, Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 sangat mengecewakan dan membuktikan kecemasan publik atas dugaan politisasi MK.

Halaman:


Terkini Lainnya

Bareskrim Proses Berkas TPPU Panji Gumilang, Segera Dikirim ke JPU

Bareskrim Proses Berkas TPPU Panji Gumilang, Segera Dikirim ke JPU

Nasional
Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Nasional
Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Nasional
Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Nasional
Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Nasional
Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com